Sirius Part 2.1: Dapat Hukuman
Kelas masih
sepi dari keramaian. Semua sedang kusu’ mengerjakan soa-soal yang ada. Termasuk
teman Bintang. Jadi tak ada sapaan manja untuk pagi ini. Bintang memandangi
semua temannya. Trea dengan wajah serius mencoba menghapal kembali rumus yang
dipelajarinya
semalam. Bulan dengan wajah kalem terdiam memandangi soal. Seperti menemukan hata karun ia akan tersenyum saat melihat soal mudah. Lepas dari itu Bintang sangat bersyukur mempunyai teman yang sangat bisa menemaninya di saat susah melanda atau bahagia datang. Cukup tenang Bintang mengerjakan soal.
semalam. Bulan dengan wajah kalem terdiam memandangi soal. Seperti menemukan hata karun ia akan tersenyum saat melihat soal mudah. Lepas dari itu Bintang sangat bersyukur mempunyai teman yang sangat bisa menemaninya di saat susah melanda atau bahagia datang. Cukup tenang Bintang mengerjakan soal.
‘Teeettt’
Bel berbunyi
ulangan matematikannya sudah selesai dengan tepat. Bintang bernapas lega telah
mengerjakan semua soalnya. Entah benar atau salah itu bukan masalah.
“Woy! Ngapa lu
telat?” tanya Trea teman sebangkunya.
“Biasa
kesiangan Gue. Lupa kalo Matematika ada ujian,” jawab Bintang.
“Soal
matematikanya killer gais!” Bulan berkomentar.
“Bener, Bul!
Gila semua rumus yang ada di otak ilang masa,” imbuh Trea
“Padahal Bu
Ambar kalem tapi soalnya bikin mules!” Bulan bergidik
“Hust kita mau
olah raga masih aja ghibahin soal,” ujar Bintang
“Ah ... iya!”
ucap Trea dan Bulan bebarengan. Bintang hanya ketawa melihat kelakuan absurd
Trea dan Bulan itu.
“c’mon Girls,
ganti yuk!” ajak Bintang
Mereka pergi
ke ruang ganti untung mengganti pakaian mereka. Pelajaran olah raga inilah
pelajaran yang mereka senangi. Mereka bisa bersantai juga pemanasan mata
melihat para kaka-kakak kelas yang sedang berolah raga.
“Oh, ya gue
denger tadi s Claudia pingsan. Bener, Tang?” tanya Trea
“Lah Claudia
yang ngelabrak kita kemarin?” tanya Bulan
“Hooh, Bul. Sapa
lagi yang pas buat bahan ghibahan kek gini?” Trea menjelaskan
“Iya, Gue yang
ngangkat. Waktu telat Gue dihukum sama si cabe,” ujar Bintang
“What!” teriak
Trea
“Lu nggak
cakar-cakaran, kan?” cicit Bulan
“Ya nggak lah.
Apa-apaan juga buat malu di tengah sekolahan begitu. Berakhir nggak ujian gue,”
Bintang berucap.
Di tengah
mereka bercakap-cakap menuju lapangan. Para kakak kelas sedang bermain bola juga
di lapangan lain. Mereka begitu asik berbicara hingga tak melihat arah depan.
‘Dug’ Trea
menavrak tiang.
“Aww! Sakit!”
ringis Trea.
“Ya Allah
Trea!” teriak Bulan
“Trea, lu
nggak apa-apa?” tanya Binang memastikan.
“Sakitlah Tang
ni jidat udang mblendung! Shit! Malu!” Trea mendengkus
Bintang dan Bulan berjongkok
menenangkan Trea. Bintang yang selalu membawa tancaplas di sakunya diberikanlah
pada sahabatnya.
“Iww! Ada yang
kejedot, gengs! Si krucil, pengawal cewek gatel,” cibir Claudia
“Eh lu! Diem! Ngapain ke sini! Mau ngajak gelud? Urusin tubuh lu! Bentaran dihukum aja pingsan!” sinis Bintang
Ia tak mau mengurusi cewek gaje
dan segala sekutunya itu bagi Bintang itu hanya membuang-buang waktu saja. Buat
cewek lemah yang merasa sok kuat. Ah lagi-lagi Bintang ngilu dengan apa yang
dipikirkannya itu.
“Yaudahlah,
Tang! Kita pergi Gue aman, kok. Benjol dikit nggak ngebuat Gue pingsan juga,”
ajak Trea pergi dari hadapan geng gaje itu. Bulan pun mengikuti teman-temannya.
Sebenarnya Bulan ingi ikut mencaci gengs itu tapi masih loading untuk membuat
kat-katanya. Alhasil saat temannya berdebat dia hanya diam.
“Bul, lu tadi
kenapa malah diem saat Gue dihina, sih!” protes Trea
“Ehmm ... anu
tadi mau bilang tapi bingung bilang apa. Buat kata-kata yang garang kadang
susuah tahu! Buat mikir butuh tenaga juga!” gantian Bulan yang protes. Lah Bulan
juga bisa protes rupanya.
“Si Ijah! Astaga lu apan
pinternya sih! Ngapain mikir buat kata-kata kalo untuk ngatain mereka?” Trea
gregetan
“Biarin ajalah, Trea. Kapan-kapan
kita ajarin Bulan. Noh sudah pada pemanasan semua!” Bintang memberi tahu. Mereka
telat dan hukuman mereka lari keliling lapangan. Untungnya hanya tiga kali
putaran bagi cewek beda halnya untuk cowok sepuluh kali. Ini lapangan luasnya minta ampun tiga kali
saja sudah membuat kelaparan apalagi spuluh kali? Makanya anak-anak sekolah di
sisni bisa berbadan atletis.
“Trea, Bulan, dan Bintang! Kalian
terlambat pelajaran saya. Silakan lari keliling lapangan tiga kali,” ujar Pak
Wahyu, guru olahraga mereka.
Ketiganya berlari dengan santai,
tak mau juga tenaga mereka habis hanya karena hal seperti ini. Saat mereka lari
seseorang memandang mereka. Seseorang yang menjadi masa lalu Bintang. Benar,
Angkasa. Dia memandang Bintang begitu cemas. Ia sudah menyiapkan botol minuman
yang akan diberikan Bintang saat sudah selesai mnjalankan hukumannya.
“Nih! Diminum!” kata Angkasa lalu
pergi begitu saja.
Bintang hanya terbengong mendapatkan
minuman itu. apa-apaan ini pikirnya. Angkasa datang membuatnya kikuk.
“Cie dapet minuman dari most
wanted, nih?” goda Trea dan Bulan.
“Apa-apaan, sih! Mau kalian? Nih!”
tawar Bintang
Astaga Angkasa sudah membuat kekacauan di hari kedua Bintang bersekolah. Ia ingin hidup tenang melupakan masa lalunya kenapa sekrang Angkasa juga datang mengingatkan masa alunya kembali. Bagaimana mungkin apa yang sudah dipendamnya harus dikorek ulang?
Selamat menikmati kisah ini. Pantengin terus, ya!
0 Comments:
Posting Komentar
Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!