,

Berhentilah Untuk Khawatir

 

Mengapa kamu begitu cemas kali ini? Bukankah kamu sudah melewati ribuan hari seperti ini? Sampai detik ini pun kamu masih berdiri di sini?


    Hidup ini hanya sekali, jika kamu tak mencoba melawan kekhawatiranmu apa yang akan kau buat selanjutnya? Selalu bersembunyi di dalam tempurung karena mengkhawatirkan hal yang seharusnya tak perlu kamu khawatirkan. Semua akan terus berjalan, semua akan terus berproses, dan semua memiliki risiko tersendiri dalam setiap tindakan yang akan dipilih. Itu semua adalah hal wajar.

    Khawatir memang baik, agar bisa memilih risiko terkecil setiap tindakan. Agar bisa mencari solusi yang efektif dalam setiap hal yang akan terjadi jika tak sesuai dengan keinginan. Membuat diri lebih mematangkan rencana dan bersiap atas munculnya kejadian yang tak terduga. Namun, jika kamu khawatir berlebihan sampai membuat dirimu pusing setiap malamnya, itu benar-benar tak baik. Overthinking yang kamu hadapi hanya akan menjadi sebuah beban lalu, terus mengendap dalam otakmu hingga memunculkan masalah baru, penyakit salah satunya.

    Aku tahu dalam hidup kita boleh memilih, memilih mana yang kamu anggap aman bagimu. Memilih mana yang kamu anggap sebagai pengembangan diri. Itu urusanmu, memang seperti itu. Tak ada kewajiban untuk memaksa memilih sebuah tantangan agar memacu adrenalin-mu. Suatu kesalahan juga jika orang yang memaksa pilihamu. Tetapi, pernahkah kamu memiliki ingin yang kamu takuti sendiri? Ingin yang kamu gapai tetapi tak berani untuk mencoba walau sekali?

    Padahal hidup ini tak bisa diulangi, sekali kamu mendapat waktu tak bisa memutar kembali rasa ingin yang kamu rasakan saat itu. Kamu bukan Tuhan yang bisa menciptakan waktumu sendiri. Sebabnya, karena ini hanya sekali dalam seumur hidupmu, bukankah lebih baik kamu coba?

    Cobalah meski kamu tak akan tahu berhasil atau tidak, itu akan lebih melegakan untuk diingat dibandingkan sebuah penyesalan yang akan kamu sesali seumur hidup. Waktu yang kamu mendapat kesempatan, lalukan! Cari kesempatanmu, nikmati hidupmu ini. Pastinya lakukan sesuai inginmu, menjadikanmu sebagai manusia bebas tanpa kekhawatiran.



    Seperti saat ini, ketika aku mencoba untuk terus menulis. Terus membuat karangan yang mungkin sama sekali tak akan terbaca, namun aku tak mau menyesal jika apa yang ada di dalam benak ini tak kutuliskan dalam sebuah judul bersama beberapa paragraf untuk menjelaskan segala unek-unek yang ada. Aku tak menyesal menggunakan waktu malamku menuliskan hal apa yang kurasakan. Jika tak segera kutulis, semua ini pun akan menguap begitu saja tanpa sisa dan aku tak mau itu terjadi.

Berhentiah untuk khawatir, kamu tak akan pernah tau jika penyesalan seumur hidup yang disebabkan kegelisan atas perbuatan sendiri akan lebih menyakitkan dari apapun itu.

    Jangan kapok untuk melangkah, meninggalkan kekhawatiran yang ada, dengan percobaan awalmu. Bagaimana kamu belajar tentang hidup jika tak ada pelajaran yang tersisa, sebab kamu berdiri dalam Zona Nyamanmu sendiri. Di mana kamu tahu pasti jawabannya.


    Aku, kamu, kita, mereka, semua memiliki kekhawatirannya masing-masing. Namun, pilihan untuk mencoba menggunakan nyalinya hanya dipilih oleh beberapa orang saja. Termasuk kamu yang akan menjadi pemilih nantinya. 


Continue reading Berhentilah Untuk Khawatir
, ,

Cintamu Tak Lagi Semanis Dulu, Sayang!

 



Jika dulu kamu puja diriku begitu megah sampai kauberikan segala kabar yang kadang tak pernah kutanyakan, kini kamu berganti sedingin es batu. Tak pernah sekalipun kamu memberiku kabar. Menanyakan kabar tentang dirimu hanyalah pekerjaan sia-sia. Centang birumu dulu yang selalu berbalas kini berganti centang biru tanpa balas. Kadang juga malah berwarna abu-abu yang membuatku kelu.


Aku tahu, ini terlalu norak bagimu. Pemberian kabar saban hari hanya membuatmu semakin terkekang. Padahal kau tahu, bukan? Jika hubungan tanpa komunikasi akan berubah menjadi sebuah prasangka. Mengertilah engkau, jika satu hari tanpa kabarmu selalu membuatku bertanya. Bagaimana keadaanmu? Apakah hari ini kamu mengalami kesulitan? Atau ada cerita apa dalam satu hari ini. Aku ingin mendengarkan segala ceritamu itu yang begitu berekspresi dengan ragam emosi.


Sayang, jangan marah! Jika aku selalu memberimu pesan tentang pertanyaan keadaanmu juga tentang kabarku hari ini. Aku hanya ingin membuatmu lega atas segala kegiatan yang telah kulakukan. Bila kamu akan khawatir akan sirna mendengar segala penuturanku. Tetapi, sayang. Mengapa kau tak pernah membalasnya. Apakah rasamu mulai meluntur. Apakah cintamu padaku sudah mengkabur hingga cintamu tak lagi semanis dulu.

 

Ah, sudahlah Sayang! Jika kamu selalu begini, biar aku yang mencoba untuk berjuang. Tentang hatimu kini aku memang sudah tak tahu lagi. Bagaimana pun prasangka selalu membuatku ragu akan keseriusan ucapanmu dulu. Aku tahu jika kau hari ini sedang berusaha mengejar segala hal yang kita butuhkan nanti. Meskipun begitu, bisakah kau ceritakan lelahmu? Apa yang kau pendam aku ingin sekali mengetahuinya, tapi untuk hal tertentu memang tak bisa dipaksakan, bukan? Aku akan tetap menunggumu menjelaskan. Aku tetap menunggumu bercerita tentang segala peritiwa yang kamu alami, tentang segala keinginan yang ingin kau capai. Aku menunggumu benar-benar menunggumu meski rasanya hubungan ini tak semanis dulu.


Orang-orang selalu berkata kepadaku, Sayang. Jika cinta manis dalam usia dewasa sudah tak diperlukan terpenting pengertian. Padahal pengertian yang saling mengerti juga termasuk cinta manis, kenapa itu tak bisa dipahami oleh mereka? Kenapa aku selalu dianggap sebagai pengacau hubungan kita? Niatku hanyalah komunikasi dalam hubungan kita agar tak putus.





Continue reading Cintamu Tak Lagi Semanis Dulu, Sayang!