,

Sirius Part 2


Namanya berubah emang nggak selalu baik. 
Keburukan pula bukan tidak ada sebab, banyak sebab malah. 
Karna itu jangan salahkan perubahan mereka. Kalo bisa bantu, deh!


Nyatanya berdamai pada masa lalu itu emang sulit, Bintang aja ngelakuinnya belum berhasil. Setelah makan malam tadi
, Bintang bukannya tidur untuk istirahat malah membuka kembali kenangan masa lalunya. Kardus dulu yang sudah ia simpan rapi dibongkarnya kembali. Menilik satu persatu poto bahagianya keluarganya juga teman SMA nya dulu. Ya poto dirinya yang ceria dan rajin bukan yang ugal-ugalan saat ini. [ Yah, Tang jangan nangis entar author beliin coklat]. Ada yang sesak di dadanya meski bukan sakit penyakit. Ada juga yang ingin muncul kepermukaan membuatnya bersedih. Sejak ia menatap  poto itu air matanya tak bisa dibendung lagi. Meski ia mengusakan untuk tak keluar. Tetap saja keluar dan terjun bebas di pipinya. Bagaimanapun ini sangat menyakitkan. 
"Kangen masa dulu. Seharusnya kejadian itu nggak harus terjadi!" teriak Bintang 
Sekencang apapun teriakan Bintang tak ada yang bisa mendengar karena setiap kamar yang ada di rumah Bintang dipasangi kedap suara. Jadi keluarga Bintang sangat menjaga privasi setiap anggotanya. Sangat menghormati itu semua, tak perlu dipaksa mereka pasti bercerita pada waktunya. Hingga Bintang akhirnya tertidur sendiri dengn tumpukan foto kenangan lamanya.
‘Tring’ suara handphone Bintang membangunkannya dari tidurnya. Terlihat banyak notofikasi dari sahabat-sahabatnya. Sudah dua jam ia tertidur. Berserakan pula kamaernya. Bintang akhirnya membereskan semua itu. Tak ada yang boleh tahu, sekalipun mamanya.
“Bukan Cabe-cabean, Yahuut”
Trea: “Bin! Kok nggak aktif, sih?”
“HELLO Bintang!”
“Sudah sampe?”
“BINTANG!”
“WOI CABE”
“ELAH KAGAK ON”
Bulan: “Bintang jawab dong!”
“Kasian aku, nih! Nunggu ke-online-mu uuuu :(
“Bintang cantik, bukak elah!”
“Bin, udah pulang belum, panggilin pak polisi nih!”
Trea: “Bul, ngapain panggilin pak polisi?”
Bulan: “Pengin lihat polisi ganteng aja :3”
Trea: “BULAN GILAK!”
Bintang: “BULAN GILAK!”
Bintang mengetiknya dengan menahan senyum, pasalnya teman-temannya ini memang sangat bisa untuk menghiburnya. Ketegasan Trea dan keluguan Bulan membuat Bintang sedikit lupa akan kenagannya itu. Bintang melanjutkan percakapan mereka hingga larut malam, mengakhiri dengan ucapan selamat malam untuk ketiganya,
*
“Bintang! Ini sudah jam 7! Kamu belum siap-siap?” teriak mamanya dari luar. Sudah ratusan kali pintu digedornya, namun sang empunya sangat asyik dengan mimpinya. Dasar Bintang!
“Hah!” Bintang terkaget. Dia memang sudah sangat telat. Alhasil dia hanya mandi bebek alias mandi sebentar lalu segera bersiap untuk berangkat sekolah. Lumayan telat memang, Bintang terpaksa men-skip sarapannya dan segera berangkat secepatya. Mengendarai mobil sepertinya kurang efisien, ia memutuskan mengendarai motor maticnya. Secepat kilat ia melaju. Tak mau dihukum apalagi tak bisa mengikuti ulangan hari ini. Bisa mampus!
“Astaga! Gue telat cuma gegara nangis! Bodoh!” gerutu Bintang dalam perjalanannya.
Gerbang sekolahnya dari kejauhan sudah terlihat. Sedikit lagi akan ditutup oleh Pak Wariman. Ditambahkan pula kecepatan Bintang agar tak ketinggalan. Naasnya terlambatnya memang tak bisa tertolong ia sampai di depan gerbang yang sudah ditutup.
“Oke, Bintang akhirnya kamu terlambat. Siap-siap merasakan panasnya di bawah tiang bendera!” ucapnya untuk dirinya.
“Pak, bukain napa? Telat sebentar padahal.” pinta Bintang.
“Ndak bisa, non. Sudah ketentuannya seperti itu. Itu lo di sana sudah ada temannya. Langsung kelapangan aja,” jawab Pak Wariman.
Terpaksalah Bintang menuruti perkataan pak satpam itu. Berjemur di tengah lapangan dengan kondisi belum makan. Awas aja kalau pingsan batinnya.
“Bintang, kamu ini baru kemarin masuk. Sudah terlambat saja! Sana! Menghadap tiang bendera dengan Claudia!”
“Sial!” runtuk Bintang. Kali ini dia tak mau terlihat lemah di hadapan musuh bebuyutannya itu. Lucu sekali kehidupan ini sama-sama terluka namun saling memusuh. Claudia dan Bintang adalah dua orang yang rapuh namun memaksa untuk kuat.
“Heh! Lo bisa telat juga? Bukannya lo anak rajin dulu! Eits emang lo bobrok, sih!” cibir Claudia di sampingnya.
Bintang tak mau menanggapi itu. Terpenting baginya untuk menyelamatkan dirinya agar tak jatuh. Jika dia ketahuan pingsan. Bahaya!
Sudah dua puluh lima menit dilaluinya dengan berat. Kakinya sudah kesemutan, bibirnya sudah mengering dan wajahnya sudah pucat ia tak kuat.
‘Bruk’
Terdengar orang jatuh di sampingnya. Rupayan Claudia yang pingsan baru saja. Bintang mau tak mau harus membantu Claudia membopongnya menuju UKS. Di tengah perjalanan ia menemui petugas UKS dan menyerahkannya begitu saja. Ia harus ikut ujian jadi tidak perlu menunggu lama ia segera ke kelasnya.
“Permisi! Maaf Bintang terlambat.” ia menuju gurunya itu
“Silakan mengerjakan kertas ulanganmu,” jawab Bu Ambar, guru yang baik hati tak pernah marah sekalipun ada muridnya terlambat seperti ini hanya marah ketika muridnya melakukan kecurangan. Aneh.
Kelas masih sepi dari keramaian. Semua sedang kusu’ mengerjakan soa-soal yang ada. Termasuk teman Bintang. Jadi tak ada sapaan manja untuk pagi ini.

0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!