Assalamu`alaikum wa rahmatullahi wa baraktuhu
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ
Yang terhormat kepada sesepuh pinesepuh
Yang terhaormat kepada alim ulama
Yang terhormat para dewan juri sekalian
Serta saudara yang berbahagia insyaAllah
Pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kita dapat
berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat tanpa suatu kekurangan apapun.
Kedua, salawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada
junjungan kita nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah kita
dapat merasakan nikmat islam sampai saat ini.
Ketiga kalinya, tak lupa saya ucapkan syukur dan terima
kasih atas waktu dan tempat yang telah diberikan pihak panitia untuk mengikuti
lomba khitobah pada hari ini.
Pada kesempatan ini saya akan membahas Perempuan
Mandiri dalam Wajah Islam.
Sebelum membahas perempuan sebagai mandiri dalam wajah
islam, pernahkah kalian ingat bagaiamana perempuan jaman dahulu? Lebih tepatnya
pada zaman jahiliyah yang sangat direndahkan deraajatnya. Bahkan dianggap aib
yang dilahirkan di bumi. Tidak segan pula di kubur-kubur hidup-hidup oleh
mereka. Naudzzubillahi min dzalik!
Sebab itu islam datang membawa perubahan bagi perempuan,
hingga diangkat derajatnya, dimuliakan. Bukan kaleng-kaleng saudaraku sekalian.
Bahkan di dalam al-Quran terdapat surat yang bernama
Surat An-Nisa’ yang berarti perempuan. Juga, surat pertama yang memiliki
sebutan lain dengan ummul qur`an berarti induknya al Quran. Tidak ada
yang bernama Abul Quran, bapaknya al Quran.
Wanita dalam wajah islam benar-benar dihormati, jika
sekarang banyak menyebutnya emansipasi wanita. Saatnya wanita untuk melakukan
yang disuka dan berhak akan haknya.
Meskipun mengkoar-koarkan tentang emansipasi wanita, tetaplah seorang wanita tidak boleh lupa akan martabatnya sendiri. Jangan sampai ia menginjak-nginjak martabatnya, berkoar-koar tentang feminisme, tapi lupa tentang kewajibannya. Berkoar-koar kebebasan, tetapi malah salah kaprah. Hingga sampai terlalu menganggungkan dirinya. Dibesarkan egonya, ya bubar negaranya.
Lalu, bagaimana perempuan juga sebagai tiang negara?
Apakah harus berdiri dengan tegak? Tentu tidak. Lalu, apa hubungannya dengan
wanita mandiri?
Tentu ada hubungannya jika bisa memahami peran dan
kondrat wanita terlebih dahulu.
Ada yang tahu?
Nah, wanita memiliki 2 peran penting:
Pertama, ketika wanita berperan sebagai istri yang bisa men-support suaminya.
Bisa menjadi pendengar dan penasehat yang baik.
Bisa mengajak suami ke dalam kebaikan. Karena istri adalah wajah dari suami.
Baik buruknya istri mencerminkan pula baik buruknya suami.
Kedua, wanita sebagai seorang ibu.
Sebagai madrasatul ula untuk anaknya, madrasah
pertama, sekolah pertama, ppendidikan pertama bagi anaknya. Ketika masih kecil
hal yang paling terdekatlah yang diajdkan panutan seorang anak. Baik buruknya
seorang anak tergantung pada pendidikan lingkungannya. Padahal anak-anak kita
nanti akan menjadi generasi emas untuk bangsa. Bagaimana jika generasi emas itu
hancur? Rusak? Sudah dipastikan bangsa, negara ini juga rusak! Begitupun
sebaliknya.
Ketiga, wanita sebagai pribadi dan anggota masyarakat.
Sebagai masyarakat yang ikut membantu terwujudnya
masyarakat madani, masyarakat aman, masyarakat tentram. Perlu pula peran serta
dari wanita. Bagaimana dengan pikiran dan kemampuan membangun masyarakat
sejahtera itu.
Seperti pada hadis:
النساء عماد البلاد اذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
“Wanita
adalah tiang negara. Apabila wanitanya baik maka baik pula negara. Apabila wanitanya rusak maka akan
rusak pula negara.”
Sedang, sebagai pribadi mandiri, wanita bertindak gowo
awak, mikul duwur mendem jero juga orang yang berkarir dengan
membantu lingkungannya terangkat derajatnya.
Jika peran wanita ini semua terlaksana, bagiamana tidak
mungkin seorang wanita menjadi kuat dan mandiri. Mandiri dalam hal karier tanpa
menyusahkan orang tuanya, keluarganya. Mandiri juga dalam mengurusi rumah
tangganya.
Tetapi, ingat mandiri, bukan apa-apa sendiri, berkarier,
bekerja sendiri, atau memiliki ego tinggi terhadap diri sendiri.
Wanita mandiri, wanita yang bisa mawas diri, dan bekerja dengan tangan sendiri, menghidupi diri, tanpa lupa akan jati diri seorang wanita. Ia tetap bisa membagi waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan lingkungan sekalipun.
Lihatlah para perempuan yang hebat pada zamannya, seperti Futayyah istri Imam Hamdun al-Qassar yang pandai keilmuan dalam bidang sufinya, seperti suaminya. Bahkan seorang putri, yang bernama putri Fanu bisa menjadi ksatria dalam peperangan yang terjadi di sekitar istana. Atau seperti Lalla Zainab mursyid yang melawan intervensi Perancis. Beliau ksatria perang hebat dengan intelektual dan keberaniannya melawan mereka. Bisa juga seperti, Rasida dan Ilhan wanita pertama di AS yang mengikuti kongres.
Banyak sekali caramenjadi mandiri dan kuat, tergantung individu
sendiri. Utamanya, cara yang paling ampuh tur mujur ialah menjadi seorang yang
yakin dan bertekad.
Yakin bisa mengurusi kewajibannya sebagai pribadi, istri, dan ibu dari anak-anaknya. Jangan sampai keblablasan, bukannya mujur dalam kehidupannya malah hancur. Ya wes lebur rusak! Ingat jadilah wanita mandiri dengan tidak berego tinggi dan ingat jati diri.
Sebelum saya undur diri, bolehlah saya berpantun,
Jalan-jalan ke kota Surabaya
Jangan lupa beli oleh oleh di sana
Jadilah wanita yang mulia
Tanpa lupa akan tugas utama
Sekian dari saya bila ada lebihnya dari saya, semata-mata
dari Allah SWT. Paling pasti tutur kata saya yang salah, mohon dimaklumi.
Ihdinas shirotol mustaqim, Wallahu muafiq ila aqwamith thoriq.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wa barakatuhu.
0 Comments:
Posting Komentar
Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!