,

Ternyata Bukan Rumah



 

Satu


Mempercayai
rasa nyaman bukan berarti itu sebagai jawaban. Kadang kala nyaman datang karena kamu ingin. Karena pula ekspetasi yang ditinggikan sampai lupa pada kenyataan jika nyamanku hanya pada sisimu bukan padanya.

 

Dua

Mungkin begini, kamu terlalu salah mengartikan rasa baik dan sopan dia kepadamu. Terlalu jauh menerka maksud yang sebenarnya cukup sederhana untuk dipahami. Anganmu terlalu jauh, sampai-sampai kamu tidak sadar yang sedang berlari hanya kamu sendiri, bukan kamu dengan dirinya.

Berlebihan, memang itulah pikiranmu. Polosnya dirimu sampai salah artikan makna.


Tiga 

Benar dia hanya bersikap baik bukan sedang jatuh cinta kepadamu, dia hanya bersikap segan bukan terpesona pada hadirmu.

Sakit? Bukankah itu ulahmu sendiri. Kamu terlalu mengkhayal seperti drama televisi. Menjadikan setiap lakunya adalah perlakuan spesial untukmu seorang. Padahal dia cukup biasa melakukannya pada semua wanita. Karena dari awal tak ada niat untuknya menjadikanmu pemilik hatinya.

 

Empat

Haha .. mau tertawa sedikit, ternyata saat ini kamu dikecewakan oleh ekspetasi sendiri. Baru sadar ketika perlakuannya yang berbeda saat bergegas meninggalkanmu pada posisi awal, sendirian. Benar bukan?

 



Rasa nyamanmu masih tertinggal, tetapi hadirnya sudah menghilang. Kamu terpaku sendiri pada tempat sama, sedang dia sudah dengan ikhlas melanjutkan perjalanannya.

 

Lima

Ya, ternyata kamu bukan rumahnya. Hanya tempat persinggahannya semata. Tempat menepi tatkala badai dating. Tempat berteduh tatkala hujan mengguyur. Sebab kamu bukan rumahnya untuk menetap, maka ia berlaku baik sebagai formalitas semata. Dirinya hanya balas budi, kenapa yang kamu berikan malah hati?

Bukankah ini ironi?


 

 

Continue reading Ternyata Bukan Rumah
,

Jangan Baca Tulisan Gila

Perempuan Gila

 

Berawal dari hal rumit di dalam kepala, kata-kata muncul tak disangka-sangka. Hidup memang seperti lawakan kadang terasa garing  kadang pula terasa renyah untuk dinikmati. Di pagi yang tak kalah pagi lagi, pikiran sedang melayang enyah kemana. Sampai-sampai tangan-tangan menari-nari dalam alunan nada papan ketik. Hembusan napas panjang pertanda benang kusut yang masih belum terurai di dalam kepala.

Haaah!

Dunia punya cerita, manusia punya kisah. Kepala-kepala kusut di tengah malam sedang mencoba mengurai benangnya. Sayangnya saat diurai bukannya makin sederhana, malah makin rumit. Susah terlalu lama bersarang masalahnya.

Hah

Merajut mimpi bukan sebuah pencapaian kali ini, karena terpenting kewarasan harus selalu disadarkan untuk ada. Terlalu lama mengubah diri menjadi gila untuk kuat menghadapi hidup menjadikan nyaman sampai lupa jati diri. Kecut, inilah kenyataanya.

Mimpi bukan lagi kebutuhan, namun waras menjadi keharusan.

HAH

Kehidupan dikatakan akan selalu berputar, namun tidak ada yang mengatakan roda tak selalu berputar. Adakalanya rodanya sedang rusak sampai untuk bisa berjalan terseok-seok. Ada juga yang malah mancet tak mau bergerak. Sempit! Bukan pikiran tapi kesempatan berputar.

 

Apa!

Apa mau dikata semua terlalu mengkusut! Cermin tidak mampu untuk menjadi pembohong mahir, topeng sudah lagi tidak berguna. Tawa bukan jadi kambing hitam. Kita terlalu rusak, dunia sampai tertawa melihatnya dan orang-orangmu memandang kita begitu pedih. Sial! Kenapa itu terjadi

 

Jangan dibaca, sebuah tulisan gila terwujud dari pikiran gila yang tak tahu mau kemana dia akan menyembuhkan kewarasannya. Jadi, cukup lewati saja. Tidak berguna, hanya memicu orang semakin kehilangan kewarasan.

 

Jika kalian tetap ingin membaca terserah saja! Hati-hati untuk mengingat jati diri sendiri. Hidup ini tak mudah, tapi mati juga terlalu sulit. Merasakan sakit di keduanya. Hanya saja beda jalan dan beda masa. Jika mati kau rasakan sakit selamanya, jika hidup seperti judi, bisa jadi kamu bahagia. Hahah, ini gila kan? Makanya jangan dibaca.

Continue reading Jangan Baca Tulisan Gila