, , ,

Selamanya Terkenang, KRI Nanggala 402




Sebuah puisi untuk engkau, para pahlawan Bahari

Tugasmu begitu besar, menjaga laut NKRI

Tiada letih untuk kau keluhkan

Untuk negeri, urusanmu sendiri kau tinggalkan


Pahlawan Bahari

Kau tidak pernah pergi

Engkau masih ada di sini

Di tanah negeri yang kau cintai


Di pijakan bumi pertiwi

Laut dalam kau pantau

Lewat kapal selam yang kau kemudi

Keamanan laut tujuan engkau


Oh! Pahlawan Bahari

Begitu mulia tugas yang kau jalani

Bagaimana lagi, kau sudah terlalu cinta pada negeri ini

Negeri di mana kau dilahirkan, tanah bumi pertiwi


Hormat kami untukmu

Setelah engkau pilih misi berhargamu

On enternal patrol pilihanmu

Oleh sebab itu, tiada kata pergi dalam kamusmu


Engkau tidak pernah tenggelam

Engkau tidak tiada

Engkau tetap dalam misimu

Misi yang telah kau pilih untuk selamanya


Terima kasih

Terima kasih

Terima kasih

Sekali lagi terima kasih


Sudah saatnya engkau para prajurit negeri

Tenang dan damai dalam bahari

Tetap laksanakan misimu untuk bumi pertiwi

Biar kami yang mendoakanmu di sini


in memoriam KRI NANGGALA 402

Setelah diterbangkan tinggi. Dialiri deras, kemudian diledakkan dengan keras. Laut memelukmu dengan erat...

2021 penuh duka bagi pertiwi.


#krinanggala402

#prayforkrinanggala402


Continue reading Selamanya Terkenang, KRI Nanggala 402
, ,

Kepada Jodohku Nanti



    Aku akan selalu bersyukur atas apa yang telah dipilihkan Allah untukku, tidak serta merta aku menggantungkannya tanpa berusaha. Kepadamu yang selalu mengusahakanku lewat doa dan ikhtiar yang engkau lakukan, kuucapkan terima kasih.


    Terima kasih telah hadir di dalam hidupku dan berusaha pada ikhtiar dan doamu. Lewat sepertiga malam kaulangitkan kriteria yang engkau inginkan. Beribu kali pula namaku kau sematkan tiap lantunan doa yang ingin diistajabah oleh Allah. Kerja kerasmu membangun sebuah kehidupan yang akan kita karungi bersama. Adalah sebuah bukti nyata tentang cinta yang membutuhkan logika.


    Saban hari tak pernah terlintas di hatimu menyerah demi masa depan. Siang malam kau lakukan segala kerja keras untuk kehidupan yang layak. Mengeluh sesekali kau lakukan kemudian mengulang kembali apa yang kamu kerjakan. Kamu tak pernah bosan untuk terus berusaha, dan lagi-lagi kuucapkan terima kasih.


    Terima kasih telah membersamaiku, meski hanya sekali dua kali kita berbalas pesan dan mengobrol sekadarnya, akibat padatnya kegiatan di antara kita berdua. Memaksa kita untuk sadar jika cinta bukan sekadar kata yang terucap, juga pengorbanan untuk sebuah hari esok yang lebih cerah. Tak hanya bualan manis yang diperlukan, pun kerja keras demi kehhidupan yang terus berjalan.


    Suatu saat, tibanya kau ucapkan akad suci di mana apa yang telah lama diperjuangkan bersama menjadi nyata. Aku akan berkata kepadamu, "Ikhtiar kita belum selesai, Tuan. Awal mula bahtera kehidupan kita baru dimulai. Mari bersama berjalan tuk saling mengingatkan, jangan saling menyalahkan. Ikatan yang telah kita buat ini terlalu suci, jangan sampai dikotori."

    

    Segala hal yang terjadi akan kita jalani bersama, bukan lagi sendirian dan berpikir berusaha mandiri. Sebab itu menjadi awal sebuah kehancuran yang diwaspadai. Setelah akad, inilah janji ikatan bersama bukan sendirian saat awal jumpa.

    Jika dahulu hanya ada aku dan kamu, kini yang ada hanyalah kita bersama. Berpikir logis bukan hanya untuk saling mengasihi dan menyayangi pula untuk saling mengerti dan memahami. Tetap saja kita memiliki pemikiran berbeda di setiap kepala. Namun, selalu ada jalan tengah untuk memberikan solusi terbaik. Akan ada waktunya satu di antaranya untuk mengalah. Tidak mungkin sama-sama keras yang membuat robohnya pertahanan kita bersama. Seperti dalam kehidupan ada gelap dan terang, ada hitam dan putih, dan ada keras dan lunak. Menjadi pelengkap satu sama lain, bukan untuk mendorong untuk unggulkan kemampuan sendiri. 


Continue reading Kepada Jodohku Nanti
, , ,

Penyakit Kronis Literasi, Plagiarism Semakin Menggrogoti

    


    Bukan barang baru mengenai penyakit kronis dalam bidang literasi, sudah menjadi rahasia umum plagiarism menjadi momok bagi pegiat literasi. Kurangnya penekanan hukum yang pasti tentang plagiarism membuat para pelaku plagiasi atau plagiator dengan mudahnya melakukan hal yang membuat kerugian. Ini juga bisa menyebabkan kreativitas pelaku pun menurun dan kualitas dari sebuah tulisan akan rendah. Tak hanya dalam ranah sastra saja plagiarism terjadi, baik di ranah non sastra plagiarism juga semakin marak. Bahayanya, pelaku malah ditemukan di bidang akademisi, karya ilmiah, tugas akhir sering kali menjadi sorotan plagiarism. Di sisi lain di bidang sastra plagiarism terjadi sangat sering. Baru-baru ini menjadi perbincangan hangat para penulis tentang plagiarism yang diakui pelaku kemudian setelah menyangkalnya bahkan penerbit dari pelaku plagiator membelanya.


    Aneh dan sangat disayangkan jika plagiarism ini tidak ditindak dengan tegas. Melihat kasus yang terjadi rupanya plagiarism dianggap barang remeh yang sering dilakukan. Abainya terhadap hukum tentang plagiarism, membuat pelaku plagiarism seakan menganak pinak. Bahkan, bibit pelaku plagiarism semakin banyak. Contoh kecil dalam plagiarism mengambil gagasan penulis lain yang menurutnya bagus, kemudian diakuinya menjadi miliknya sebagai caption bagus untuk media sosialnya. Menginginkan dirinya seakan bijak padahal itu bukan buah pemikirannya. Hal yang dianggap sepele seperti ini, juga termasuk plagiarism sejatinya


    Sebelum membahas lebih banyak tentang plagiarism, apa sebenarnya plagiarism?

    

    Menurut kamus Oxford, plagiarize is copy another person's work, word, ideas, etc and pretend that they are your own. Jika diartikan plagiasi adalah menyalin pekerjaan, kata, ide, dan lain-lain yang kemudian berpura-pura atau mengakuinya jika itu miliknya. Melihat artinya saja sudah jelas ini perbuatan yang tidak dibenarkan menyalin pekerjaan orang lain kemudian diakui miliknya sendiri, sama saja mencuri pekerjaan itu. Pandangan dari penulis jelas plagiarism adalah pencurian sebuah karya baik pekerjaan, ide, atau hal apapun yang sangat merugikan bagi pemilik karya karna diakui oleh orang lain.


    Plagiarism secara mata terbuka sudah tidak dibenarkan, padahal sudah ada undang-undang yang mengaturnya berdasarkan pasal 113 UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman emat tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah. Denda yang termasuk luar biasa besar tetapi tidak memuat jera para pelaku plagiasi, benar-benar memprihatinkan! Sungguh berani para plagiator ini, ya?

    Namun, kenapa dengan adanya UU Hak Cipta masih terjadi plagiarism?

    

    Dinamakan plagiasi jika sudah menjadi milik melalui pembuatan hak cipta, yang demikian harus mengurus bebagai dokumen yang ada. Tidak semua paham tentang pendaftaran hak cipta, meski begitu jika penasaran bisa mendaftakan di E-Hakcipta untuk mendaftaran sebuah produk atau karya atau hal ang diakui milik. Namun, harus menunggu diterimanya status akun tersebut.

    

    Pendaftaran seperti ini juga termasuk hal yang menyulitkan terkadang. Sehingga tak semua orang membuat hak cipta atas karya yang dimiliki. Tidak hanya begitu, jika plagiator sudah memiliki pengikut banyak, apa yang dibuat sudah terlanjur dipercayai oleh para pengikut mereka sehingga kemungkinan besar malah menyerang pihak korban. Status tinggi atau kedudukan tinggi membuat ego plagiator tidak mudah mengakui perbuatannya.

    

Sanksi sosial yang didapatkan tidak membuat para pelaku jera, kepercayaan diri yang meningkat dan kepopulerannya dianggap sebagai senjata pemebelaan para pelaku. Sangat disayangkan jika para pelaku ini malah dibeli sedemikian rupa. Jangan sampai juga penerbit yang malah mendukung tindakan pelaku ini. Ini malah membuat semakin menjadi-jadi, membuka lahan yang luas bagi plagiator.


Lantas sebagai pegiat literasi, tindakan apa yang tepat?

1. Mematenkan hak milik atas karya yang dibuat.

Meski terlihat tidak mudah ini perlu dilakukan demi menjaga karya dari tindakan plagiasi, dengan mematenkan hak kita memiliki hak untuk menuntuk para plagiator yang berulah.


2. Menyadarkan publik tentang tindakan plagiasi yang sangat merugikan para pemilik karya.

Baru-baru ini pula banyak penulis yang bekerja sama mengkampanyekan tentang #saynotoplagiarism. Mengajak seluruh pegiat literasi untuk tidak melakukan plagiasi karena sangat merugikan dan membuat menurunnya kualitas SDM dari generasi penerus bangsa.


3. Selalu mengecek tulisan sendiri sudah tidak tercampur plagiasi atau tidak.

Banyak cara untuk meninjau tulisan sendiri dengan check online, misal bisa melalui plagiarism checker, plagiarism detector, dan situs lainnya yang bisa digunakan untuk mengeceknya.


4. Cara terakhir yakni melakukan pelaporan secara resmi agar ditindak melalui hukum yang ada.


    Melalui tindakan yang bisa dibuat sebagai pencegahan terjadinya plagiarism yang sudah menganak pinak dan menjadi barang biasa bagi pelaku plagiasi. Diharapkan dengan sadarnya plagiarism yang membahayakan segala pihak, mejadi semakin berkurang. Mari galakkankan hastag #saynotoplagiarism untuk menyadarkan semua puhak tentang bahaya palgiasi dalam bidang literasi ini khususnya.


    Ingat plagiarism merupakan tindakan pencurian, yang mana tak akan bermanfaat sama sekali sebuah hasil curian itu. Jangan tunduk adanya plagiarism, baik akademisi, penulis, atau pihak lainnya. Tetap saja plagiarism sebuah pelanggaran etika berat.



Salam Literasi!

Salam Hangat!

Obral Kata Veve




Continue reading Penyakit Kronis Literasi, Plagiarism Semakin Menggrogoti
, ,

Hari kartini 21 april, lahirkan sebuah emansipasi

 


    Tepat, 21 April sebuah tanggal bersejarah yang tak bisa dilupakan siapapun di negeri ini. Lahirnya sosok pelopor emasipasi wanita yang terkenal dengan sebuah karyanya berjudul "Habis Gelap, Terbitlah Terang". Bukan sekadar buku tanpa isi, melainkan sebuah pemikiran gemilang yang dituliskan. Tak salah lagi jika beliau memang digaungkan sebagai pembebas bagi wanita. Sebab beliau dengan pemikiran bahwa perempuan juga memiliki kebebasan untuk bersekolah, sampai-sampai beliau mendirikan sebuah sekolah pagi perempuan-perempuan di Jepara. Raden Ajeng Kartini itulah namanya. Pelopor wanita untuk mendapatkan haknya yang setara dengan laki-laki. Ia tak bermaksud mengungguli kaum laki-laki, hanya bermaksud menyadarkan jika wanita berhak untuk bebas tidak terikat pada kungkungan adat.

Sajak Perempuan dalam Tekanan

Adalah aku perempuan terbelenggu pada zaman lama. 
Di mana gerakan tak boleh dilakukan.
 Hanya diam meneruskan perintah para penguasa pilihan.
Adalah aku yang tak bisa menjejakkan langkah cita. 
Akibat kukuan adat yang pekat. 
Berdiam adalah jawaban, berontak adalah larangan.
Aku adalah boneka. Boneka perempuan penurut tak boleh berontak.
 Ah! Apalagi berteriak itu akan menjadi tragedi.
Aku adalah perempuan yang berserah pasrah akibat lontaran keinginan dihapuskan. 
Bungkam adalah pilihan satu-satunya.
Setiap air mata dipasungkan tak boleh keluar. Setetes jatuh, raganya akan runtuh. 
Cacian makian akan tumbuh.
Aku adalah perempuan beridealis, bercita, bergerak, namun diam sebab pilihan tunggalnya hanyalah diam.
Perempuan perempuan desa yang dibungkam oleh konservatifnya pikiran.
Bersuara adalah keinginan yang tak dapat diutarakan.
Perempuan bersajak, apresiasikan rasa lewat tulisan. 
Sebab tindakan sudah dibabat habis hilang tak ada yang dapat dilakukan.
Inilah sajak perempuan dinistakan oleh zaman.


    21 April bukan hari biasa dalam sejarah wanita, sebab jika tak ada pemikiran tentang emansipasi wanita bagaimana wanita hidup sampai sekarang? Tetap terjajah dan derajatnya berada di bawah laki-laki. Hanya sebagai alat tanpa tahu bahwa wanita pun tetap memiliki hak yang sama. Kartini dengan kegigihannya memperjuangkan wanita tidak merasa terkengkang meski ia sudah menikah, meski ia dibesarkan dala adat yang masih kental. Di mana wanita hanya memiliki tiga peran masak (Peran wanita di dapur menyajikan makanan bagi keluarganya), manak (Melahirkan keturunan), dan macak (Bersolek untuk suaminya, sebagai pelengkap bagi suami hiasa yang dipamerkan saja).

    Betapa menyedihkan jika pemikiran tentang wanita zaman dahulu masih diterapkan di saat sekarang. Tak ada lagi wanita yang bisa bersekolah sampai tinggi, tak ada lagi wanita yang memperjuangkan cita-cita, tak ada lagi wanita dengan bebas dan berani menjelajahi dunia. Sebab, perannya sangat dibatasi. Sebab, wanita dilarang bertindak demikian karna dianggap melanggar adat yang ada.

    Para wanita kini bebas, namun bukan berarti bertindak semaunya. Emansipasi wanita ada sebagai penentang adanya patriarki, sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang peran utama dalam segala bidang. Emansipasi wanita ada sebagai sanggahan jika wanita bisa ditempatkan dalam bidang-bidang yang biasanya diisi oleh laki-laki. Wanita bisa menjadi guru, polisi, tentara, dokter, pegawai perusahaan, dan pekerjaan lainnya.

    RA Kartini pun bukanlah sebagai penganut feminisme yang ekstrim, ia berdiri untuk para wanita yang terjajah. Beliau pun senang berliterasi hingga ia sering menulis surat yang berisi pemikiranya yang merujuk pada surat Al Baqarah ayat 257

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya: Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

    Hal ini di dapatnya ketika beliau memahami alquran dari ulama yang bernama KH Shaleh Darat, beliau pula yang menafsirkan makna Alquran dengan pegon jawab atas keluh Kartini yang susah memahami alquran dengan bahasa yang belum bisa dimengerti. Pemikiran kritis Kartini dari tafsir surah al Baqarah ayat 257 menciptakan tulisan-tulisan yang dibukukan dengan judul Habis Gelap, Terbitlah Terang.

Tulisan ini pula yang menjadikan wanita terangkat derajatnya, sebab tak hanya cara mendirikan sekolah. Melalui tulisan suaranya tentang betapa suramnya kehidupan wanita zaman dulu menjadi dipahami oleh banyak orang. Tujuannya sudah jelas ingin menerangi kegelapan bagi kaum wanita.

Bukankah emansipasi wanita ada sebagai sanggahan adanya patriaki yang melekat pada negeri ini di zaman dahulu?

    Padahal kaum wanita dan laki-laki bisa berkerja sama membangun negeri lebih baik. Konsolidasi yang kuat dibutuhkan kerja sama banyak orang dan pemikiran banyak orang. Sebabnya Kartini ada untuk mengangkat derajat wanita agar bisa bersama-sama membangun negeri bukan membangun ego saling merasa kuat dan benar sendiri.

"Habis gelap, terbitlah terang!"

Ialah engkau Raden Ajeng Kartini
Salah satu pelopor emansipasi wanita negeri
Berikan cahaya, tandakan kita tak terampas lagi
Lahirkan era baru bagi wanita di bumi pertiwi

Wanita tak lagi dijajah sampai ngeri
Kungkungan adat bukan hal yang perlu ditakuti
Sebab sudah tertulis hak bagi wanita negeri 
Untuk maju bersama kaum laki-laki

Tetapi, kenapa semua orang tak mau mengerti 
Masih ada stereotip feminisme dan patriarki
Menimbulkan petaka 'tuk saling membenci
Bukan memberikan kasih sayang saling memahami?

Habis gelap terbitlah terang
Bukan tentang saling menyerang
Inilah sebuah tanggapan
Tentang wanita pun bisa berjuang

Habis gelap terbitlah terang
Sebuah pemikiran gemilang
Menyingkirkan satir yang terlalu menjulang
Bahwa wanita bukanlah barang

O, Raden Ajeng Kartini
Terima kasih telah berjuang
_Obral Kata Veve


Continue reading Hari kartini 21 april, lahirkan sebuah emansipasi
,

Cerita Puasa: Tragedi Secuil Daging

    


    Tidak hanya kamu saja yang memiliki pengalaman berpuasa, aku pun. Kala itu aku berusia enam tahun dimana belum bisa mengetahui mana yang benar dan salah. Slalu menurut apa yang dikatakan Ibu. Ya, ibulah yang mengajarkanku apa itu puasa. Sudah sejak kecil aku diajarkan untuk belajar berpuasa, dimulai puasa mbedug yang artinya berpuasa namun pada bedug atau tengah harinya berbuka lalu dilanjutkan puasa. Dari nol kecil sudah belajar puasa mbedug kemudian di nol besar atau bisa disebut TK B puasa sore. Seperti adikku yang masih kecil pun diajari berpuasa seperti waktu aku masih kecil.

    Awalnya puasa sore di Ramadan pertama untuk mereleasekan puasa sore perdanaku lancar jaya, tak ada halangan. Aku bersemangat sekali. Namun, sangat disayangkan untuk hari ketiga ketika aku diajak nonggo, berkunjung ke rumah tetangga untuk berbicara ini itu tepatnya rumahnya di depan bengkel motor samping kanan rumah hal tak terduga terjadi. Rasanya pada saat itu, aku terlalu nurut, sampai diiming-imingi hal manis nurut saja.

    Berkat secuil daging yang langsung masuk ke tenggorokan, puasa soreku batal! Sungguh membagongkan bukan? Pada jam tiga kurang tiga jam lagi berbuka harus batal karena secuil daging tanpa rasa yang ngalir langsung tanpa perlu dikunyah masuk dengan sopannya ke perutku. Jika kuingat bagaimana awal mulanya, aku harus memutar otakku. Membuka, me-refresh lagi, lagi mengobrak-abrik folder lama di dalam otak. Mencari kejadian delapan belas tahun silam.

...

    "Mi, arep daging?" kata Palupi sambil mengunyah daging yang sebagian dipeganya, ditaruhnya di dalam baskom kecil berwarna abu-abu berbahan alumunium. Ia mengenakan kaos dalam oblong putih dan celana pendek berwarna kuning.

    Aku memerhatikan sebentar, menatap Palupi yang memakan daging itu penuh lahap. Di sampingnya ada kakak dan temannya yang ikut memakan daging. Tanpa sadar aku memakan air liurku sendiri. Glek.

   


    "Ndak! Aku poso nko batal" itu jawabanku pertama, mencoba untuk tidak tergoda meskipun itu sangat menggoda sekali. Bayangkan saja di saat-saat kritis memasuki waktu berbuka, kau disuguhkan pada pemandangan menggoda yang bisa membuatmu meneteskan air liur.

    "Ora batal, wong mek sak iris elo. Titik ki jajalen!" Palupi meyakinkanku lagi. Kali ini dengan perkataan bahwa jika memakan sedikit pun tak akan batal karena tidak terasa.

    "Mosok, ta? Nko diseneni ibukku aku!" aku mulai ragu dengan menggunakan tameng ibuk, agar mereka tak memberikanku irisan kecil daging itu. Sayangnya, perkataanku malah membuatnya memberikan irisan lebih kecil agar aku bisa mencicipi, lalu meyakinkanku dengan ucapan manisnya.

"Westo, ojo omong ibukmu nko nggak batal."

    Sekejab mendengar ucapan itu, seakan membuatku terhipnotis. Percaya saja jika kita tak berbicara tentang sepotong daging kepada ibu bakal membuat puasaku tetap sah-sah saja. Aku mulai menangkap uluran tangan itu, sedang ibukku sedang berbicara di teras rumah tertutup oleh mobil yang berada di depannya. Sedang aku, Palupi dan teman lainnya berada di samping mobil kiri agak mojok.

Aku mengambilnya dengan ragu lalu perlahan kumasukkan irisan itu di mulutku bukan dikunyah langsung saja tertelan di dalam tenggorokan dan masuk ke dalam perutku, setelah selesai pada irisan daging kecil itu ibuku datang menanyakan apa yang kulakukan sehingga terlihat sembunyi-sembunyi.

"Nyapo tasan? Ayok muleh!" ajak ibukku untuk pulang.

       Tiga jam setelahnya aku berbuka, lalu mengatakan jika aku memakan irisan daging itu. Seketika itu ibukku marah, berkata jika puasa sudah batal ketika memakan irisan daging itu.

    "Ngunui posomu batal, lek diweki ojo gelem lo. Ngerti? Mbok titik panggah mbatalne poso. Ngerti?" ibuk menasehatiku, sedikit keras hingga aku nangis sesenggukan. Mana tahu jika itu bisa membatalkan puasa meski daging itu yang langsung tertelan. Nyatanya aku tak bisa berbohong, tetap saja aku mengatakan kejadian tadi.

    Meskipun marah, ibuku menasehatiku jika puasa itu tidak boleh makan minum apapun meski itu sedikit karna tetap bisa membatalkan puasa. Gara-gara irisan daging itu, aku pun tak bergaul lagi dengan pemberi irisan daging selama puasa. Takut batal lagi, gegara pemahaman dan mudah tergoda ini.

...

"Ah! Tragedi secuil daging!"

Sebuah cerita yang sampai saat ini terus terngiang dalam otakku, ah tragedi penuh kenang sepanjang masa.

Continue reading Cerita Puasa: Tragedi Secuil Daging
,

Ramadan Kali Ini Bersama Kitab Kuning

    


    Ramadan sudah tiba, banyak di antara kita membuat jadwal kegitan selama Ramadan. Banyak rencana yang sudah ditetapkan. Semua memiliki keinginan tersendiri dalam mengisi Ramadan. Lebih leganya lagi setelah pandemi, Ramadan kali ini lebih bisa berekspresi lagi. Tidak terlalu menakutkan seperti awal pandemi dulu.

    Perkumpulan-perkumpulan yang dahulunya dilarang, kini mulai diperbolehkan asal mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Begitu dengan salat tarawih yang sudah diperbolehkan dengan mematuhi protokol kesehatan pula. Semua lebih tenang dari sebelumnya, meskipun mudik masih dilarang.

    Ramadan kali ini, lebih bisa menghirup udara segar. Tidak seperti dahulu yang terlalu muram. Kali ini banyak pengajian-pengajian yang digalakkan baik offline maupun online. Aku sudah menantikan Ramadan penuh semangat. Mendengar kegiatan yang dibuat oleh para pengurus IPNU IPPNU di desaku membuatku semakin bersemangat. Dengar-dengar sih akan diadakan mengaji kitab, dan aku pun tertegun sebentar mengingat kejadian enam tahun silam di mana aku masih duduk di bangku MAN yang saat itu pula aku sedang belajar di pondok pesantren di kota sebelah.

   

"Ah! Ini membuatku bernostalgia sebentar," gumamku. Ketika melihat notifikasi di grup pengurus. Anehnya aku bukan lagi pengurus organisasi tersebut karena memang aku sudah lengser jabatan. Mereka masih mengajakku diskusi, itu cukup membuatku senang.

Kala itu Ramadan sudah mendekat, namun belum ada tanda-tanda pasti tentang ngaji kitab yang diadakan, hingga jari ini gatal untuk bertanya kepada salah satu pengurus.

    "Sa, ngajine sido?"

Sangking penasarannya aku, bertanya melalui chat pribadi. Beberapa menit dibalas oleh Risa, pengurus IPPNU yang barusan kutanya.

    "Jadi, mbak. Tapi belum dirembukne, neh."

    Mendapat jawaban seperti, sudah cukup mengusir keraguanku tentang ngaji kitab yang akan diadakan. Seketika itu pula, notifikasi telponku berbunyi. Rupanya pertanyaanku tadi, segera ditanggapi para pengurus. Lumayan, responsif ini sangat melegakan. Mereka tak hanya berunding lewat online group saja juga bertatap muka langsung, dilihat dari bunyi chat itu.

    Pamflet ngaji kitab sudah disebar di group setelah dua hari pasca rapat, lalu mulai beramai-ramai dari kami para anggota dan pengurus IPNU IPPNU memostingnya dalam media sosial. Respon mulai beragam, hingga tetangga desa tertarik mengikutinya. Meski sebelumnya terdapat konflik tetang kitab dan ustaz yang akan menjadi guru kami saat mengaji yang kemudian terselesaikan dengan baik. Bahkan, kami mendapatkan kitab gratis dari beliau. 

    Ramadan pertama tiba, antusias mengikuti pun semakin membara. Apalagi kita meminta izin pada orang tua langsung mendapat lampu hijau. Bertekad belajar saat Ramadan ini memang sangatlah menyenangkan, terpaut umur berbeda dengan para teman yang ikut mengaji bahkan bukan lagi sebuah halangan. Terpenting sekali, niat untuk belajar. Ya, akhirnya Ramadan kali ini bersama Kitab "Taisirul Kholak Fil 'ilmu Akhlak" bersama para rekan dan rekanita IPNU IPPNU Ranting Tugu dengan ustaz kami Ustaz Nasih.

Bagaimana Ramadanmu?

    

Continue reading Ramadan Kali Ini Bersama Kitab Kuning
,

Doa Penutup Acara Resmi

    


    Biasanya dalam acara resmi, tak hanya menggunakan doa berbahasa arab juga menggunakan doa berbahasa Indonesia yang terkesan lebih umum dan cocok pada semua umat beragama. Maka dari itu, kami menyajikan doa penutup acara resmi dalam bahasa Indonesia.

Berikut salah satu contoh doa penutup acara resmi:

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Sebelum kita menutup acara RAKERCAB IGRA REJOTANGAN (Sebutkan acara kalian), marilah kita berdoa atas rasa syukur kita karena acara ini telah berjalan lancar demi masa depan RA kita semua. KKMRA dan IGRA Rejotangan, semoga semakin lebih baik.

 

Liridho ilahi wa bi syafaati Rasulillahi ... Al Fatihah ...

 

YA ALLAH YA TUHAN KAMI  ...

Dengan mengucap puji syukur kehadirat-Mu atas limpahan rahmat, karunia-Mu yang Engkau berikan kepada Kami. Pada hari yang penuh keakraban dan bahgia ini, kami berkumpul di sini, kiranya Engkau berikan kepada kami barakah dan ridho-Mu dalam acara RAKERCAB IGRA REJOTANGAN yang kami laksanakan ini.


YA ALLAH YA TUHAN KAMI ...

Dengan berjalannya acara ini, limpahilah kami pengetahuan luas dan akal yang bijak. Jadikanlah kami utuh menjadi satu, menjadi sebuah kekeluargaan dengan erat ikatan persaudaraan. Jadikanlah kami kompak dalam menjalankan tugas kami, sehingga tujuan kami terwujudkan.


YA ALLAHU YA LATHIF

Lembutkanlah hati kami, berilah kami rasa sayang agar saling menyayangi antar kami. Jadikan kami orang-orang penuh kelembutan, yang kelak membuat kami untuk saling mangasihi dan menjadikan kami utuh, bukan runtuh.


YA ALLAHU YA MUJIB

Istajib duana, Kabulkanlah doa kami. Doa-doa orang yang memohon pada-Mu agar setiap langkah kami mendapat ridho-Mu. Kabulkanlah doa kami, doa-doa yang kami haturkan pada-Mu dengan penuh khidmat. Lancarkanlah urusan kami, jadikanlah kami orang-orang yang selalu mengharap ridho-Mu.


YA ALLAHU YA GHAFAR

Ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa guru-guru kami, dosa pemimpin kami, serta dosa kedua orang tua kami. Izinkanlah kami memohon ampun kepada-Mu.

Rabbana atina fiddunya hasanah. Wa fil akhirati hasanah. Wa qina adzab bannar. Subhana rabbika rabbil izzati amma ya sifun. Was salamun ‘alal mursalin. Wal hamdulillahi rabbil ‘alamiin.

 

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Continue reading Doa Penutup Acara Resmi

Melankoli Sekolah Daring




    Tahun ajaran baru sudah dipersiapkan, pembelajaran online yang sudah hampir setahun akan bergeser dengan pembelajaran normal yang sesuai dengan protokol. Meski akan bergeser pada pembelajaran tatap muka, masih teringat jelas banyak tragedi selama pembelajaran daring. Setahun berpegang pada gadget tak hanya memiliki dampak positif juga dampak negatif. Balada pembelajaran online di tengah pandemi memberi efek yang sangat luar biasa.


    Monitoring guru terhadap siswanya jelas kurang, abainya orang tua pada anaknya. Mengajarkan anak penggunaan gadget demi bisa ditinggalkan saat mencari nafkah, membiarkan mereka terlalu lama bermain gadget membuat anak bebas tanpa aturan. Sering kali terjadi di tengah pembelajaran online melalui aplikasi yang bisa menampung banyak anggota malah terjadi degradasi moral. Pengabaian materi yang diberikan guru, hingga sampai pada jenuhnya seorang siswa dalam pembelajaran yang hanya fokus pada pemberian soal kurang penjelasan. Alhasil, tak semua siswa mengerjakan tugas dengan tertib. Terlambat mengumpul dengan tenggat waktu yang telah dituntukan. Malas belajar dan membuat siswa mencari jalan lain dengan mencari hiburan di tengah suntuknya pelajaran.


    Sebenarnya jika ditindak lebih tepat dengan adanya kerja sama pihak sekolah dan rumah, masalah-masalah yang ada bisa diminimalisir. Peran kedua belah pihak sangat menetukan proses pembelajaran yang lebih baik. Tidak hanya dari keduanya, faktor media pembelajaran yang menggunakan telepon genggam dan internet juga sama pentingnya. Karena tanpa media pembelajaran, tak ada pembelajaran yang akan berlansung. Sebab itu pula KEMENDIKBUD memberikan keringan pembelajaran dengan menyediakan kuota gratis bagi siswa untuk mempermudah pembelajaran yang ada. Sayangnya ketika ditinjau lebih jelas untuk hal yang sudah diperkirakan mendorong pembelajaran online yang memuaskan ternyata masih ada masalah yang terjadi.


Kenapa bisa terjadi?



    Tidak semua yang diprediksi bakal saling bekerja sama untuk membuat pembelajaran menyenangkan terjadi di dalam lapangan. Kecanduan gadget membuat siswa lupa pelajaran. 

Telepon genggam sebagai media malah menjadi bahan siswa mengakses hal-hal yang seharusnya belum dipelajari. Transaksi mengenai hal-hal yang berbau dewasa mudah terjadi dengan pembuatan grup yang bisa dibuat semua orang pemakai telepon gengggam ini. Penyebaran hal-hal yang bertentangan sangat bisa terjadi lewan handphone. Guru dipusingkan dengan administrasi yang banyak. Waktu pembelajaran tidak bisa kondisional karena tidak bisa terkondisikan seprti pembelajaran tatap muka. Orang tua lebih mempercayakan handphone kepada anaknya tanpa merasa khawatir bahkan tak ada penjagaan sama sekali. Kondisi lingkungan yang sulit dijangkau oleh internet maupun signal.


    Beberapa faktor yang terjadi ini membuat kondisi terlihat kacau namun tak terlihat. Balada sekolah daring ini semoga lekas usai, dengan adanya pembelajaran tatap muka seperti biasa. Semoga wabah yang ada segera sirna. Hingga rencana tatap muka bisa terlaksanakan dengan baik.

Continue reading Melankoli Sekolah Daring