Wanita Bergerak, Berikan Peran dalam Berliterasi Digital Nasional

Wanita Bergerak, Berikan Peran dalam Berliterasi Digital Nasional


    Tentang peran wanita dalam segala bidang, jika dahulu hanya dibatasi arah geraknya., kini wanita mempunyai peranan yang sama dengan laki-laki dalam memajukan bangsa yang salah satunya dalam bidang literasi digital nasional. Emansipasi yang telah dikoar-koarkan oleh pahlawan wanita pada zaman dahulu telah mendapatkan hasilnya. Sebabnya, tidak bisa kita melupakan jasa-jasa pelopor emansipasi wanita yakni R.A Kartini dan pahlawan wanita lainnya.


    Bermula pergerakan untuk mensejahterakan wanita demi kesetaraan wanita dan laki-laki yang sama. Mulailah, muncul gerakan feminisme di mana perempuan disadarkan akan kesamaan hak dengan laki-laki. Tidak ada pembatas gender dalam menjalani kehidupan di segala lini. Wanita dapat bergerak bebas sesuai keinginan dan keyakinannya.


    Wanita berhak memiliki peran besar bersama laki-laki untuk berjuang dalam peningkatan sumber daya manusianya (SDM). Wanita bukan hanya sebagai seseorang yang berjuang dalam peningkatan dirinya sendiri, wanita juga memiliki hak dan kewajiban dalam mendidik putra-putra bangsa, umumnya hak paling besar adalah seorang ibu yang juga wanita dan pendidik. Baik pendidik formal maupun non formal.


    Berkaitan dengan literasi dan peran wanita di dalamnya. Perlu dipahami lebih awal apakah sebenarnya literasi itu sendiri dan apa itu literasi digital. Sudah dari beberapa tahun ini pula digaungkan jika tingkat literasi bangsa Indonesia menempati urutan ke 62 dari 70 negara.


    Melihat dari urutan yang dipertegaskan ini, Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah. Lantas literasi ini seperti apa?

Apa itu Literasi?

Pengertian Literasi

    Literasi menurut KBBI saja memiliki 3 makna, yang pertama ialah kemampuan menulis dan membaca. Kedua, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Ketiga, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan dalam kecakapan tertentu. 


    Menurut Elizabeth Sulzby (1986), literasi yaitu kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak, dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.


    Melihat dua makna dalam pendapat para ahli dapat disimpulkan literasi adalah kemampuan menulis, membaca, menganalisa, berbicara, dan menyimak yang mana dapat dikatakan umum kemampuan berbahasa dengan mengolah dan mendapatkan informasi dan pengetahuan tertentu untuk tujuan tertentu pula.

Apa itu digital ?

    Sedangkan digital ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan angka-angka tersebut untuk sistem perhitungan tertentu, berhubungan dengan penomoran.

Literasi Digital

    Literasi digital ini adalah kemampuan informasi yang berbasis komputer. Melihat dari kata digital ini berarti memiliki sifat modern dan dinamis. Literasi yang memiliki kemajuan dan peningkatan yang spesifik untuk hasil yang mendunia.


    Saat ini, menurut data BPS di tahun 2019 presentase pengguna internet laki-laki pada kisaran di 53,13% sementara perempuan berkisar di 46,87%. Memungkinkan di sini jika seorang wanita bisa melek teknologi dan literasi. Perbedaan tipis hanya sekitar 6, 26% lebih banyak laki-laki. Apalagi di sini wanita adalah guru pertama dari seorang anak. Bukankah pengetahuan teknologi di zaman teknologi yang sudah maju ini perlu ditingkatkan?


Tidak bisa dipungkiri juga di zaman berteknologi canggih yang biasa era ini disebut dengan revolusi industri 4.0. Semua jenis kegiatan tidak luput dari teknologi, bahkan di masa wabah yang sudah berjalan 2 tahun lebih sekolah tidak bisa dilakukan tatap muka melainkan dengan media yang menggunakan internet tidak lain gadget. 


    Berawal dari sinilah semua masalah timbul utamanya di golongan anak-anak. Di mana-mana anak-anak dibiarkan memegang gadget mereka sendiri tanpa pengawasan pasti. Sedangkan anak-anak belum paham dengan jelas sebuah literasi digital.


    Ikut trend, inilah yang terjadi di lingkungan anak-anak. Tidak tahu benar atau salah, berbahaya atau tidak. Pentingnya pemahaman literasi dan peran wanita adalah di sini.

    Wanita sebagai seorang guru/pendidik, wanita sebagai seorang motivator, wanita sebagai seorang influencer, wanita juga sebagai seorang ibu. Dari berbagai jenis peran wanita dalam segala lini kehidupan, wanita perlu tahu perannya dalam mensukseskan program literasi digital nasional. Wanita Bergerak untuk memberikan peran yang yang fundamental bagi kelancaran berliterasi digital tingkat nasional. Ada pemikiran kritis yang harus dicanangkan.

Peran Wanita dalam Program Literasi Digital Nasional berdasarkan Profesi bagi Anak:

  • Wanita berperan sebagai influencer/motivator untuk memberikan motivasi dalam berinternet positif dengan belajar memahami memperoleh dan menyaring informasi yang ada. Wanita juga perlu berkoar-koar dengan bahasa yang bisa dipahami dengan tanggapan positif dan tidak dianggap sebagai pesuruh untuk mengajak dalam berinternet positif dengan baik.

  • Wanita berperan sebagai seorang seorang pendidik, di mana mendidik murid-muridnya untuk memahami bahaya penggunaan gadget berlebihan dan internet tanpa di-sharing. Peran ini bukan hanya dilakukan sendirian juga bersama lingkungan dan keluarga. Bukan hanya pendidik di sekolah saja tetapi juga di lingkungan. Wanita perlu juga sadar dan paham cara mem-filter informasi, memahami jika informasi yang ada di internet tidak bisa ditelan bulan-bulat melainkan perlu adanya cross and re-check. Maksudnya perlu diketahui, dicari dengan jelas apakah ini informasi yang benar atau tidak. Perlu diketahui, adanya penggunaan internet berlebihan bagi anak bisa menjadikan anak sulit diajak berkomunikasi, cepat marah, dan paling parah kasus perkawinan anak semakin tinggi. 

  • Wanita sebagai seorang ibu juga berperan dalam peningkatan dan mensukseskan program literasi digital dengan memantau perkembangan anak dalam penggunaan gadget selama masa Pandemi dan setelahnya. Anak harus dipantau dan diberi pengarahan dengan baik melalui peran wanita sebagai seorang ibu. Komunikasi orang tua dan anak di sini memiliki peran penting.

Peran Wanita dalam Program Literasi Digital Nasional

  • Pelopor dalam perkembangan literasi digital. Melalui gerakan one one book dan diskusi setelahnya dapat meningkatkan kemampuan berliterasi tidak hanya dalam bidang digital juga bidang lainnya. Wanita perlu berani tanggap ketika ada informasi yang merebak di masyarakat. Perlu melakukan pemfilteran mana yang benar dan tidak. Lalu bisa dibagikan ulang melalui media sosial masing-masing.


  • Penggerak program literasi digital nasional. Melalui wadah komunitas literasi yang dibangun untuk ibu-ibu, anak-anak, dan perempuan lainnya untuk meningkatkan kecintaan dalam membaca dan menganalisa.


  • Pembimbing, menjadi pembimbing bagi masyarakat sekitar untuk tanggap akan literasi digital. Menjadikan gadget bukan hanya sebagai hiburan semata tetapi tempat mencari informasi dan juga sebagai pasar mempromosikan produk.


    Wanita memiliki peran yang banyak dalam segala bidang bahkan sebutan super woman bagi wanita memang pantas di dapatkan. Tidak hanya dalam keluarga dalam bersosial wanita bisa menempatkan diri. Khususnya saat ini dalam bidang literasi, lebih meruncing lagi dalam bidang literasi digital di era 4.0.


    Bahkan dalam data BPS sakernas pada tahun 2022 mengatakan jika jumlah pekerja wanita dalam sektor industri saja sudah mencapai 17,48 juta atau bisa dipersentasekan 43, 68%. Padahal sebelumnya perempuan dianggap memiliki daya dan kemampuan mumpuni di dunia kerja. Adanya mansplaining dan gender shamming.


    Sekarang, tidaklah sia-sia perjuangan pahlawan terdahulu dalam menjunjung derajat wanita tinggi-tinggi agar setara dengan laki-laki. Wanita bergerak, literasi digital maju. Generasi bangsa juga menjadi terukur kemampuannya tidak asal main gadget, karna kalau asal main bisa salah fungsi. Banyak bidang literasi yang befokus pada peran wanita misal komunitas emak bloger, komunitas mendongeng dimana para wanita yang mengambil perannya, para guru RA yang mana kebanyakan seorang wanita, bekerja sama membangun literasi melalui anak-anak, dan masih banyak peran wanita dan contohnya di bidang literasi digital.







Continue reading Wanita Bergerak, Berikan Peran dalam Berliterasi Digital Nasional

Tabiat Viral Dulu, Baru Ditindak



Sebuah humor sedikit pada bulan puasa kali ini, untuk menghibur pembaca Kata Veve.

    Di sebuah negeri antah berantah di mana hati nurani para pemimpinnya sedang kacau juga beberapa rakyatnya ikut nimbrung kacau ada sebuah tabiat yang telah menjadi suatu hal umum. Tabiat viral dahulu baru ditindak telah menjadi trend center yang amat digemari oleh pemangku kebijakannya dan para staf bawahannya.

    Teriakan satu orang tidak ada didengarkan meski sudah sampai menangis darah, kebenaran di depan mata tidak bakal digubris meski sudah terlihat jelas. Sampai-sampai karena tabiat viral dulu baru ditindak rakyatnya melakukan hal-hal viral agar terlihat oleh orang-orang penting. Baik yang kaya akal juga kurang akal. Ada yang viral demi kepentingan bersama ada juga yang viral demi kepentingan diri sendiri.

    Eh tapi eh, ada juga yang asal viral padahal bakal mencelakakan orang lain. “Udahlah yang penting viral! Urusan benar salah ya nanti!”. Duh ... duh ... negeri antah berantah kini menjadi ladang komedi. Pemimpin membuat komedi, rakyatnya juga melawak. Lucu nian!

    Balik lagi pada tabiat viral dulu baru ditindak, seperti penentuan hal-hal yang di luar nalar pikir sampai para rakyatnya jengah dan mendesak membenarkan barulah dibenarkan. Lucu bukan, orang yang tanpa berpikir saja sudah tau itu salah, tetapi tetap diteruskan lalu ini orang bagaimana yang tetap meneruskan kesalahan?

Malu?

    `Itu sudah lama hilang dan punah. Buat apa malu jika hanya tidak bisa membuat gebrakan gemilang, katanya. Tidak perlu malu untuk hal-hal yang menyulitkan, meribetkan atau hal-hal yang bukan kepetingan saya. Mungkin begitu keinginannya. Terpenting saya untung sudah beres, tambahnya.

    Apalagi media beritanya di negeri antah berantah, asal comot sana-sini tanpa tahu benar salah. Giliran diingatkan malah marah. Katanya sesuai kaidah jurnalis, tetapi tulisannya bikin nangis. Sana-sani mencaci maki yang menasehati, biar dikata benar sendiri.

    Sudahlah, memang benar ini hanyalah negeri antah berantah penuh goyonan dan lawakan yang menghibur di tengah tabiat viral dulu baru ditindah. Biar tidak spaneng, begitulah.

Continue reading Tabiat Viral Dulu, Baru Ditindak