Degradasi Moral Di Tengah Majunya Pengetahuan

    

    Zaman semakin maju, namun moralitas malah mengalami kemunduran, bukan hanya karena pribadi sendiri, kadang juga lingkungan sekitar yang mempengaruhi.

    Semakin berkembangnya zaman, peradaban modern, manusia pun mengalami perubahan. Berpengaruh pula dengan cara mendapatkan sebuah ilmu yang bisa diperoleh dengan mudah, manusia mengalami tuntutan untuk berpikir lebih keras tentang segala pembaharuan. Bersama beberapa hal yang maju itu, terdapat sebuah kontradiksi dengan perkembangan moral. Majunya pengetahuan di zaman serba maju ini harusnya dibarengi dengan perkembangan moralitas. Sayangnya di saat seperti ini, moralitas hanya digaungkan sebagai bahan diskusi tanpa memiliki arti. Kajian, hanya sekadar kajian, filosofi hanya sekadar tulisan yang kiranya mengena di hati mampir sebagai postingan. Ditambah lagi, kata-kata penuh arti menjadi pemanis caption media sosial dan kebutuhan sosialita semata.

    Hidup di dunia serba modern, yang mengandalkan teknologi dan pengetahuan kudu dibarengi dengan pengaplikasian segala aspek wawasan yang telah diterima. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bukan sebatas deretan angka yang dijadikan hasil akhir. Tetapi unsur-unsur dalam pengetahuan inilah yang juga harus dipahami dengan baik. Bagaimana moralitas ada di dalam masyarakat, jika yang diandalkan kini hanya angka semata? Pada akhirnya untuk mendapatkan sebuah angka terjadi pergesakan antar sesama, yang berakibat saling sikut-menyikut tanpa kenal baik-buruknya kejadian yang akan terjadi.

    Segala permasalahan ini, juga tak lupa berkaitan dengan lingkungan sekitar masyarakat. Umumnya moralitas yang semakin terdegradasi ini dialami oleh tunas-tunas bangsa yang berada dalam masa pubertasnya. Bagaimana lagi diusia anak-anak dan pubertas ini masih dalam mode peniruan apa yang ada di sekitarnya juga apa yang dianutnya. Apalagi dengan tayangan televisi saat ini yang kurang mendidik bagi anak-anak sekarang. Selalu saja, topik yang diangkat dalam pertelevisian tentang percintaan, kekerasan, bullying, dan topik berat lainnya yang tak sesuai dengan peningkatan moralitas bangsa. Publik figure yang seharusnya dijadikan panutan baik, tak bisa menghandel apa yang seharusnya dilakukan sehingga peniruan yang kurang baik diikuti oleh orang yang menganggapnya sebagai panutan. 

    Tidak hanya dari pertelevisian yang tak mendukung, degradasi moral timbul disebabkan lingkungan terdekat yang membebaskan dalam beraktivitas tanpa aturan dan kekangan yang jelas. Tipe orangtua yang lepas tanggung jawab juga membawa anak-anak masuk ke dalam lingkaran kehidupan yang seharusnya belum waktunya diketahui. Juga, perilaku para orang dewasa yang memperlakukan mereka, mendidik mereka dengan kasar dapat mempengaruhi moral yang ada. 

   Jika di dalam kehidupan pribadi ada pada lingkungan terdekat sehingga dampaknya kian ketara pada fenomena degradasi moral ini, di lingkungan sekolah pun juga memiliki dampak meski sebagai sebagian kecil dari dampak yang ada. Ini terkait dengan peran guru sebagai pendidik, yang tak hanya mendidik murid untuk paham akan ilmu pengetahuan, ilmu duniawi juga peran guru sebagai uswatun khasanah bagi murid-muridnya. Bagaimana ia menjelaskan pada muridnya perilaku yang baik dan buruk, bagaimana guru bertutur kata, bagaimana guru bertindak, termasuk menjadi salah satu cara mendidik murid-muridnya. 


Sehingga seperti kata Bu Laila dalam diskusi kami hari ini, "Guru zaman sekarang hanya sebatas mentransfer ilmunya, tapi melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya penting. Bagaimana lagi guru juga dituntut oleh sistem pendidikan yang ada, mengejar nilai-nilai yang harus disetorkan. Sehingga guru melupakan tugas lain dalam mendidik moral anak."

    Bila saja, ada perubahan dalam sistem pendidikan kita tentang moral yang diutamakan, juga terkait pemikiran orangtua yang tak menuntut anaknya pintar  saja mungkin, pengetahuan dan moral bisa saja mengalami perkembangan yang lebih baik. Sebabnya di dasar lingkungan terdekat, lebih-lebih dari diri sendiri yang menyadari tentang betapa berakibat buruknya jika degradasi moral ini terus berlanjut, kita akan merubah perilaku kita untuk lebih baik lagi.


Sebenarnya apa sih kemungkinan terburuk dalam degradasi moral ini?

    Degradasi moral yang merupakan penurunan moral atau nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat, akan berakibat fatal jika ini terus terjadi sebab adab tidak lagi terpakai, akhlak, norma, bukan lagi hal yang harus ditaati dan dijalankan sehingga. Terjadi peristiwa kehidupan bebas yang mana nilai agama tak terpakai. Kualitas masyarakat pun menurun dan bangsa Indonesia yang terkenal sifat ramahnya akan menghilang. Semua akan berada dalam kegelapan dan penuh kebencia antar sesama. Pelanggaran norma dan hukum negara semakin berlanjut.


    Betapa menyeramnya degradasi moral terjadi, apalagi jika menyangkut tunas bangsa. Bagaimana bangsa ini akan maju jika mengalami penurunan moral seperti ini? Siapa yang akan menjadi pemimpin bijak bagi bangsanya?


    Tentulah jika ini terus terjadi solusi utamanya adalah poin keagamaan yang harus ditingkatkan, pengenalan agama dan nilai kerohanian haruslah ditekankan. Tak hanya bagi tunas bangsa, juga masyarakat Indonesia dalam segala lapisanya karena baik tua ataupun muda memiliki keterikatan dan hubungan yang saling menyesuaikan satu sama lain agar terjalin kekompakan bermoral yang baik.

    

    Maka, mulailah untuk mengaplikasikan segala poin kerohanian yang kita pelajari ini. Ingat! Perubahan baik, dimulai dari diri sendiri.





Continue reading Degradasi Moral Di Tengah Majunya Pengetahuan
,

Dongeng Anak: Lebah Sombong Mendapatkan Hukuman

 





Lebah Sombong Mendapatkan Hukuman

Karya: Mya Veronica

Di pagi yang cerah, dengan bunga bermekaran ada seekor lebah yang terbang ke sana-kemari mencari bunga untuk diambil madunya. Lebah yang sedang terbang itu dengan angkuh memainkan sayapnya. Lebah ini memiliki sifat yang amat tidak bagus, ya dia memiliki sifat sombong. Semua penghuni hutan pun tahu jika lebah ini angkuh dan sombong. Selalu merasa berhak atas segala bunga yang ada di hutan.

Lebah selalu berkata, “Semua bunga di hutan milikku! Jika kalian berani mengambil satu saja akan kusengat kau dengan jarumku!”

Tentu saja dengan perkataan lebah itu, tak ada yang berani mengambil bunga yang ada di hutan. Takut disengat oleh lebah. Bisa-bisa mereka akan mendapatkan wajah memerah dan tubuh penuh bentol-bentol terkena sengatan lebah. Jarum lebah memiliki racun. Sehingga jika terkena sedikit saja akan terasa gatal dan memerah akhirnya memunculkan bentol-bentol dalam tubuh.

Melihat situasi seperti itu dua beruang yang cerdik membuat sebuah ide untuk membuat lebah itu kapok. Mereka jengkel dengan ulah lebah yang seenaknya. Menguasai seluruh kebun bunga dan membuat tanaman lain rusak karena ulahnya.

Beruang Biru berkata, “Kak Beruang Coklat bagaimana kalau kita membuat jebakan bagi lebah agar dia sadar akan kesombongannya. Aku sudah geram dengan tingkah lakunya itu. Terlalu semena-mena!”

Mendengar perkataan itu Beruang Coklat mengangguk lalu berpikir sejenak, “Sepertinya memang sudah saatnya kita bertindak. Lebah memang perlu mendapatkan pelajaran atas apa yang dilakukannya ini!”

Beruang Biru pun bertanya tentang ide Beruang Coklat, “Lalu, apa idemu Kak Beruang Coklat?”

Beruang Coklat membisiki Beruang biru tentang idenya itu, keesokan harinya mereka berdua menjalankan rencana yang sudah dibuat sejak semalam. Mereka sudah tidak sabar dengan apa yang akan terjadi pada Lebah sombong itu.

Saat lebah kembali berulah, mencari bunga paling nikmat dan akan dimilikinya sendiri. Ia menemukan sebuah bunga besar yang amat indah. Pertama kali ia melihatnya, segera saja ia mendekat pada bunga itu. Baunya sangat harum dan dengan rakusnya ia memakan madu di bunga itu.

Sungguh naas, rasa madu bunga besar itu sangat pahit. Sekali meminumnya perut lebah langsung merasakan kesakitan yang amat. Lebah mengaduh dan terjatuh di tanah.

“Aduh! Kenapa perutku sakit sekali. Aduh! Rasa madunya sangat pahit! Aduh ini kenapa?” Lebah terus saja mengaduh dan merasakan kesakitan di perutnya.

Kedua beruang yang mengamati dari kejauhan menjadi tidak tega. Lebah yang kesakitan itu segera ditemuinya.

“Lebah apa yang terjadi kenapa kau terus saja mengaduh kesakitan?” tanya Beruang Biru.

“Aku sepertinya keracunan, tolong!” Lebah merintih.



    “Ini obat untukmu, makanya kamu jangan jadi sombong karena Allah tak menyukai orang yang sombong seperti dalam surat An-Nahl ayat 23 yang berbunyi “Ø¥ِÙ†َّÙ‡ُ Ù„َا ÙŠُØ­ِبُّ الْÙ…ُسْتَÙƒْبِرِينَ
yang artinya Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri. (QS. An Nahl: 23)” kata Beruang Coklat sambil menyerahkah obat pada lebah itu.

Lebah segera meminumnya, kemudian ia menyadari segala kesalahannya. Ia meminta maaf kepada seluruh hewan yang ada di hutan. Ia tak lagi semena-mena dengan jarum yang ada di tubuhnya. Ia juga tak rakus tentang bunga yang ada di hutan. Semua bahagia. Sebabnya Lebah sadar, jika kesombongan hanya akan membuatnya celaka. Ia sudah kapok.

Continue reading Dongeng Anak: Lebah Sombong Mendapatkan Hukuman
,

Karna Semua Pernah Mengalaminya

 



    Kita selalu pernah dalam masa tidak baik-baik saja, juga pernah menjadi tokoh antagonis dalam kisah orang lain. Meski banyak perkataan jika semua tergantung pilihan dan atas segala pilihan yang diambil akan menjadi sebab akibat bagi diri kita. Tidak sepenuhnya benar, jika kita harus tenggelam di dalam pilihan penyesalan tanpa akhir.


    Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut orang lain. Begitulah cara berjalannya sebuah fase kehidupan. Berada di atas, di bawah, atau berada pada kekosongan tanpa ingin memilih ini dan itu. Semua pernah mengalaminya. Tak ada yang salah akan hal itu.

    

    Apa yang pantas,apa yang tidak pantas semua pernah mengalaminya. Merasa bersalah atas pilihan yang diambil. Merasa tak pantas mendapatkan apa yang telah diraih. Merasa iri atas apa yang diperoleh orang lain. Semua orang pasti pernah mengalaminya.


    Bukan suatu kesalahan, jika kita berada di posisi itu. Tetapi, bukan juga sebagai kewajaran jika ada yang lebih baik untuk dituju. Namun, kita malah mengambil hal yang seharusnya dihindari. Kadangkala, juga  menjadikan tameng suatu keadaan yang dialami sebagai hal kewajaran untuk melakukannya. Tidak dapat dipungkiri juga semua pernah melakukannya.


    Tak ada yang benar-benar murni dalam diri manusia ketika memiliki ambisi, selalu ada pola pikir lain untuk menuju apa yang diinginkannya. Menjadi egois tanpa memikirkan orang lain. Fokus pada dunia yang dimiliki. Keadaan ini juga semua pernah mengalaminya.




    Semua pernah mengalaminya dalam kehidupan masing-masing atas segala perilaku yang dianggap kewajaran. Perbedaannya hanya soal waktu. 

Ada yang berada di masa lampau, ada yang berada di masa datang, ada juga yang hanya berada dalam pikiran semata karna ia hanya berani menjadikannya sarang di dalam otaknya tanpa perlu tindakan, atau bahkan ia melakukan dengan pekerjanya orang lain.

    

    Dalam kehidupan ini semua memiliki porsi masing-masing, mau seperti apa hidup ini tergantung bagaimana cara kau menerima apa yang telah terjadi pada kehidupanmu.

Continue reading Karna Semua Pernah Mengalaminya
, ,

Tenggelam dalam Rutinitas, Apa Kabar Prioritas?

     



    Sering kali berada dalam pusaran rutinitas yang tanpa henti terus memaksa kita selalu pada garis lintas yang sama, setiap hari kita melakukan repetisi kegiatan yang menjemukan. Membuat kita melakuakan kegiatan pada hal pasti yang sudah ratusan kali kita ketahui, ketimbang suatu hal baru yang belum tentu kita tahu. Rutinitas?

Hal rutin, suatu prosedur yang teratur tanpa ada perubahan. Ajeg.


    Melawan rutinitas demi prioritas, yang belum diketahui hasilnya akan membuat jeda untuk berpikir lumayan lama sebab risiko yang akan dihadapi tak ketara, tak terlihat, dan tak bisa diprediksi. Suatu hal yang tak pasti sering kali dihindari karna tak mau merugi. Namun, jika ini berkaitan dengan hidupmu akankah kamu masih memikirkan suatu kepastian? Suatu hasil akhir? 




    Hal tak pasti akan selalu ada dalam hidup kita, ketahuilah! Sebabnya ada pilihan dalam setiap melangkah, akhirnya selalu ada keharusan untuk memilih, memilih pada jalan biasa dengan risiko yang telah ada, atau hal baru yang sebenarnya akan mendongkrak kehidupanmu sebelumnya. Menjadikan bisa dalam keadaan asing yang sebenarnya sangat kausukai.


    Untuk berada dalam hal seperti ini, makanya perlu ada skala. Ukuran, peritungan untuk menentukan mana yang akan kaupilih dan jalani. Ya, kita perlu membuat sebuah Skala prioritas, ukuran kebutuhan yang tercatat dengan baik yang akan menjadi acuanmu dalam bertindak. Karna tanpa perencanaan yang jelas segala tindakanmu bisa saja menjadi kacau balau di luar ekspetasi. Meski kadang, masih saja ada hal yang tak sesuai perkiraan, tetap perlu perencanaan yang akan meminimalisir risiko yang ada.


Penentuan skala prioritas bisa didasarkan oleh beberapa hal, semisal:


  1. Kebutuhan. Kebutuhan yang memang sangat penting bagimu, mana yang menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersiermu. Kebutuhanmu, hanya dirimu yang mengetahui. Sebab setiap kebutuhan orang-orang berbeda namun sama dalam hal; sandang, pangan, dan papan. Lalu, pendidikan, dan sebagainya.
  2. Pendapatan. Keuangan yang kau punyai dan kebutuhan yang harus kaucukupi. Antara bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhan, atau bersantai ria lupakan kebutuhan.
  3. Perencanaan Masa Depan. Perencanaan masa depanmu, ingin menjadi apa dirimu, dan kebutuhan apa yang harus dipenuhi untuk masa depanmu akan mempengaruhi skala prioritasmu. 
      

    Melalui beberapa pertimbangan itulah kamu akan mengetahui mana yang harus kamu lakukan, karna kamu sudah memiliki skala prioritas, penentu tingkat paling tinggi dan rendah sebagai acuan. Tidak selamanya rutinitas akan berada pada posisi awal yang kau kerjakan akan ada prioritas lain yang kadang juga harus sempat kau lakukan dahulu. Kadang kala memang kehidupan tak berjalan layaknya normal seperti biasa, apa yang biasa kau kerjakan ini bisa menjadi hal kesekian kali karna diundur oleh hal yang urgent, ada secara tiba-tiba sebab suatu hal.


    Skala prioritas, ini juga membantu kita untuk tak ragu dalam pengambilan keputusan. Seperti kita telah mencapai keputusan final, namun meragu karna takut ini pilihan yang salah. Namun, jika kita melihat skala prioritas kita akan memantapkan diri untuk berani mengambilnya.


    Jika prioritasmu sudah teratur sedemikian rupa, mari kita jalani apa yang sudah terencanakan. Jangan hanya menjadi sebuah tulisan yang tertempel di tembok semata dan luntur terkena bocoran air loteng, atau kabur terkena angin saat membuka pintu.


    Kurangnya kepercayaan diri dalam menjalankan skala prioritas sering kali terjadi, sudah berencana tapi tak terlaksana. Sudah terhitung, tetapi ragu menetapkan. Kembali lagi, semua akan terjadi jika kamu kerjakan. Hidupmu kamu yang mengaturnya. Meski begitu, jangan sekali mengkhianati apa yang sudah kautulis, itu menyakitkan. Seperti kamu mengkhianati dirimu sendiri, terlalu miris bukan?

Continue reading Tenggelam dalam Rutinitas, Apa Kabar Prioritas?
, ,

Melupa Tentang Kita

    


    Kala kita sama-sama meleburkan diri untuk berpura-pura lupa agar tak lagi merasa tentang kecewa dan lara yang akan datang. Merimbun di dalam kalbu tiap raga kita. Bukan bermaksud untuk tak mengenali lagi kisah kita atau memaksa menimbun di tempat paling jauh dalam diri. Hanya saja, itu bukan waktunya lagi untuk menunjukkan romantisme cinta kita ini. Jika kita kembali, akan ada banyak yang semakin melara. Kita akan bahagia di atas luka. Akan kejam juga bagi mereka, sebab keegoisan kita. Kita ada karna sebab dan berpisah juga karna sebab, jika kita kembali bagaimana dengan hati yang lain?


    Aku tahu melupa tentang kita bukanlah hal yang mudah, banyak kenangan masih membayang dalam setiap gerak. Setiap ucap jua memiliki kenang, dan setiap tempat akan ada putaran film yang membangkitkan memori lama. Begitu romantisnya kita, namun sekarang harus dikubur jua. Simpanlah rasa ini tanpa harus mereka tahu. Lalu, biarkan sedikit-demi sedikit, detik demi detik terlupa. Kita sudah tidak ditakdirkan bersama, sebab di antara kita ada hati yang harus dijaga.


    Jika kita mengego, memaksa keadaan, mengembalikan segala kenang dan rasa, bukankah ini sebuah bencana? Hubungan kita kembali diungkap namun nantinya akan terlarang. Kita adalah rasa yang datang kembali di waktu yang salah. Kita hanya bisa mengenang tanpa bisa memutar ulang. Kita hanya bisa memimpi yang kemudian harus dibuyarkan kembali. Sebab, adanya kita saat ini adalah cela bagi mata tiap orang. Kita adalah luka yang menyengsarakan.


    Sudahlah jangan kau tangisi ini, berbahagialah bersama dia yang kau pegang tangannya sedang aku akan melupakan rasa ini bersamanya yang memegang tanganku. Meski harus berpura-pura lupa, ini juga menyakitkan bagiku. Kau datang kembali dengan hubungan baru saat rasa cintaku padamu masih belum padam. Kau menanyakan rasaku padamu sedang kau terikat pada hati yang baru pula aku pada jalan baru yang mencoba melupa hal tentang kita yang telah lama berakhir. Cukup, kita harus melupa.


Kita telah berada pada jalan yang berbeda dan baru, mengapa harus kembali pada jalan lama dahulu.



    Sudahlah kenang dalam diri kita hanya sebatas kenang bukan untuk diungkit. Takdir kita hanya untuk menjadi kawan bukan pasangan. Mari melupa tentang kita, kembali pada tangan yang sudah lama menanti kita memegang erat. Tak apa kali ini kita merasa begitu tersayat, terluka, dan melara. Waktunya kita pura-pura lupa, biarkan bahagia datang kembali dengan cara yang berbeda meski tak bersama.


    Tersenyumlah dahulu, hapus tangisanmu. Aku tak bisa memegangmu dan mengapus air matamu seperti dulu. Itu hanya akan membangkitkan rasa kembali. Cukup kali ini kita membicarakan rasa ini berdua. Selanjutnya kita tak akan begini. Kita harus berjalan maju, bukan? Kenangan kita di masa lalu biarkan pada tempatnya. Mengertilah aku juga terluka, tapi tetap saja ada hati yang harus dijaga.


Tulisan ini terinspirasi oleh lagu yang berjudul Pura-pura Lupa karya Pika Iskandar yang dipopulerkan oleh Petrus Mahendra. Sebenarnya juga tulisan ini muncul di kala mimpi tidur menggentayangi. Hehehe


Salam Literasi. Salam hangat



Obral Kata Veve


Continue reading Melupa Tentang Kita
, ,

Selamat Datang Pebruari, Sampai Jumpa Januari

       


    Menunggu kapan datangnya hari selanjutnya, memaksa hari yang kita lalui ini harus segera usai. Seakan terburu-buru lari pada keadaan yang sedang dialami. Melupakan kita telah berjuang sampai hari ini. Namun, memperlambat diri untuk tetap menetap juga bisa melukai sendiri. Kita tak bisa mempercepat waktu juga tak bisa kalut dalam lalu.

       Januari telah usai kali ini, meski segala beban berat juga tanggungan masih saja ada. Waktu berlalu begitu cepat, sedang rintangan tak segera beralih dari diri. Sampai-sampai berpindah sedikit saja cukup menyulitkan. Bukan kita yang berlalu, namun waktu. Waktu selalu mengusik untuk segera pergi dan berpindah pada pijakan lain. Namun kita masih saja di sini.

        Kadang sebenarnya yang muncul dalam pikiranku ini, "Kita yang mengejar waktu atau waktu yang mengejar kita." Segalanya telah usai namun kita masih saja tak mau pergi, tetap pada luka yang masih tersemat. Masih menjamu pun mendambakannya, menganggapnya tak mau pergi padahal yang mengikat luka untuk menetap adalah diri sendiri.

      Januari telah berakhir. Namun, kenapa penat masih saja terus menghampiri. Lelah, marah, dan segala kecewa ... masih saja ada. Ini ... aku yang mengalah pada keadaan atau pasrah akan keinginan? Hal yang membuatku meratapi nasib, sebabnya ada pada diri sendiri. Kita yang tak pernah pasti menginginkan menetap atau pergi.

    Sudah beberapa kali mengingatkan untuk bangkit, namun sepertinya susah dilakukan. Hanya mudah diucapkan. Berpikir semua baik-baik saja padahal, kau sudah bersimpuh menghadapi beban yang mengajak bergulat dengan paksa.



    Sudahlah, januari telah berakhir untuk apa mencemaskan apa yang sudah terjadi?
    Bukankah kita ini harus mengikuti arus waktu agar kita dapat berjalan lebih maju selangkah? 

    Seperti itu, mari kita rayakan bulan baru. Bulan baru, semangat baru. Selamat datang Pebruari, semoga bahagia lekas menemani. Segala penat di Januari lekaslah berganti dengan suka cita yang dinanti. Selamat datang Pebruari jangan merasa puas diri sebab telah lepas pada bulan Januari, beban kita masih menggelayuti segeralah untuk disingkirkan. Selesaikan tugas yang telah lama kau hindari.

    Mulai hidup kembali, jangan biarkan diri menjadi layu lagi. Ini bulan baru, harusnya ada inovasi baru dalam hidup juga. Terus berkembang dan mengembangkan diri sebab hidup ini terus berjalan tak pernah berhenti. Jangan sampai waktu menghunusmu membuatmu pergi.

    Kita yang baru, juga waktu yang terus saja melaju. Kita yang menentukan nasib kita sendiri.


Salam hangat, Salam cinta dariku


Obral Kata Veve



Continue reading Selamat Datang Pebruari, Sampai Jumpa Januari