, ,

Renungan untuk Bermuhasabah




ALTERNATIF MUHASABAH DIRI
Oleh Veronica

Terlalu membanggakan diri sampai lupa kematian menjemput. Itu hanya akan membuat kita tak bisa lari. Alih-alih menghindar atau memilih bermili detik mana kita tak perlu terenggut akan kematian, kita tetap saja menghadapi takdir-Nya. Sebab nama kita sudah tertulis baik di Lauhul Mahfud. 

Kita memang bisa menyiapkan tempat dimana kita akan mati, tapi kita tak pernah tahu kapan kematian menjemput pergi.

 Jadi, tak perlulah berjalan dengan angkuhnya di muka bumi ini hanya untuk unjuk diri yang paling berkuasa atas hari ini. Karna kesombongan tak pernah mendatangkan kebaikan hanya mempersempit diri untuk berbagi.

Oke, bolehlah kau nyalakan angkuhmu, berkoar-koar hidup selamanya. Lantangnya teriak jika kau tak pernah takut pada Sang Pencipta. Silakan, Tuan. 
Asal nanti tak perlu mengemis untuk berpulang di bumi lagi jika akhirat menanyakan tanggung jawabmu atas kelakuanmu. 

Berfoya-foya atas harta fakir miskin? Menegejek yang lain karna kekuasaan yang kau miliki? Berpikir hartamu adalah benar-benar benda yang kau gigihkan dengan usahamu sendiri?

Terserah! Itu hakmu! Tapi, sebagai sesama muslim bukankah kita diharuskan saling mengingatkan? Jika usaha untuk mengingtkan tak berhasil. Doakan saja agar ia lekas bersadar. Cukup kita tau tak perlu memaki.

Bukankah makian sama saja kita berada di sisi lain yang sejajarkan dengannya. Tak perlu menjadi sok suci di hadapan orang yang kau sebut pendusta, padahal itu kita sama saja dengan mereka. Rasulullah saja berakwah dengan lemah lembut, sedang kita manusia biasa ingin mememberi arahan dengan angkuh? Ah! Itu konyol! 

Meski nyatanya kejadian seperti itu makin menjamur di mana-mana. Memaki pendusta menyebut syirik-kafir, berbicara dengan menyakiti? BUKANKAH ITU SAMA?

Sebaikanya lebih eleganlah dalam menasehati, adab pula harus dipakai bukan hanya sebagai pajangan yang kau beberkan lewat ucap semata tanpa pernah dilakukan.

Nah! Gue sudah berbicara panjang lebar untuk kita memandang diri. Untuk kita belajar tak mengecilkan orang lain. Jadi dari situ gue harap budaya sok suci paling benar sendiri tak ada. Kita ini, kan manusia? Pastinya saling membutuhkan satu sama lain. Kalau kita angkuh siapa yang akan menolong kita saat jatuh? Apakah harta kita bisa menolong? Apakah selamanya yang kita yakini sahabat sepandangan akan menolong? Tentu tidak? Kenapa nggak semua orang akan di samping kita, bukan? hidup ini dinamis bukan statis! Sampai jumpa di session berikutnya! Mohom maaf Kisah Siriusnya belum update lagi. Hehehe, peace bro!


Good bye, all! Love you! Aku cinta kalian! Ayo jadi penyala literasi!

0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!