Kisah Kita: Cinta Pertama Bebey
Perihal cinta
memang kadang suka muluk, banyak tuntutan agar terlihat lebih bahagia. Padahal
sederhananya cinta tak perlu untuk terlihat baik hingga pura-pura sempurna
tanpa celah. Semua itu tak perlu. Benar-benar tak perlu. Semua hal yang
terlihat ‘wah’ kadang hanya menambah nestapa untuk kenangan yang terbuka.
Pikiran-pikiran sederhana inilah yang selalu menduduki urutan pertama dari pola
pikir sang Ketua itu. Bebey ketua gengs yang mempunyai paras cantik, nan
berhati lembut. Cewek yang tak akan pernah mengira atas akhir dari kisah
cintanya.
Memang benar,
saat ini Bebey sedang menikmati masa bahagianya. Pasalnya dia sedang jatuh
cinta, ya dia jatuh cinta untuk pertama kali. Pasti berbunga sangat hatinya,
memikirkan setiap waktu orang yang disukainya. Kalau biasanya jatuh cinta pada
pandangan pertama ini berbeda. Jatuh cinta saat kunjungan pertama. Bagaimana
tidak, tiba-tiba cowok yang dikenalnya melalui sahabat karibnya itu akan mendatangi
rumahnya. Apel bahasa ngetrennya.
“Gue harus
siap-siap, nih!” seru Bebey. Dia memerintahkan dirinya agar segera berdandan
biar terlihat menawan, kencan pertamanya harus berkesan.
Mana ada cowok yang berani
datang ke rumah kalau nggak niat betulan pikirnya.
“Gue harus
apa, nih!” Bebey panik. Semua baju yang ada di dalam alamarinya dicobainya satu
persatu. Merah, kuning, hijau di langit yang biru. Eh ... malah nyanyi.
Maksudnya semua warna baju dicoba. Namun, tetap saja ia masih bingung untuk
menentukan pakaian mana yang tepat. Setelah menimang cukup sebentar menurut
Bebey padahal satu jam lebih! Lama nian kau, Bey! Akhirnya ia memutuskan untuk
memakai dress putih selutut dipadu padankan dengan make up natural. Sempurna!
Cantik natural.
‘Tok’ ‘tok’
‘tok’
Suara pintu
sedang diketuk, Bebey panik mengintipnya lewat jendela. Ternyata benar cowok
yang ditunggunya telah berdiri di teras rumahnya. Gugup rasanya. Membuka pintu
pun terasa ragu. Karna memang ini sudah malam, tapi mau dikata apa lagi dia
sudah berdiri di sini untuk menemuinya. Dengan hitungan ketiga ia membuka
pintu rumhanya.
“Assalamualaikum,
Bey.” Salam Hasbih cowok kalem di hadapannya, tampangnya benar rupawan. Bebey
saja dibuat terdiam untuk sesaat. Dua pasang mata itu beradu saling menyelam
dalam keheningan kalbu sampai pada salah satu di antara keduanya memutuskan
kontak tuk mengakhirinya.
“Bey ...?
Bebey!” sapa Hasbih.
“Eh, iya! Maaf
baru sadar,” ucap Bebey malu, ia menyelipkan rambutnya yang menjuntai ke
telinganya. Menunduk ia untuk menutupi malunya itu.
“Waalaikumussalam.
Yuk, masuk!” ajaknya Bebey. Mengantarkan Hasbih untuk ke ruang tamu.
“Mau minum
apa?” tanya Bebey
“Apa aja deh,
asal yang buat kamu.” Hasbih menggombal
Bersemu pula
pipi Bebey mendengarnya. Tak mau lebih malu lagi, Bebey membuatkan Hasbih teh
manis. Cukup manis dan takaran tepat karena ia membuatnya dengan hati yang
berbahagia.
“Ini, Bih. Ku
kira pesanmu tadi hanya bualan. Ternyata datang beneran.” Bebey berucap.
Memang
tak menyangka bahwa yang awalnya iseng mengomentari status kakaknya Hasbih
sekaligus sahabatnya Bebey sendiri itu mengantarkan cowok ini ada di
hadapannya. Luar biasa.
“Iyalah, aku
ke sini juga buat ngomong serius ke kamu biar kamu percaya kalau aku berbicara
bukan omong kosong belaka. Kita sudah cukup dekat, dan aku ingin menjelaskan
lebih jelasnya jika aku memang mau serius ke kamu. Mau, kan? Jadi pacarku?
Rumahmu jadi saksinya, deh biar nggak ada tipu-tipu.” Hasbih menjelaskan dengan
begitu mantapnya.
Sorot matanya yang tajam menandakan keseriusannya. Matanya
fokus pada kornea Bebey. Begitu mengikat hingga Bebey tak bisa berkata apa-apa. Cukup sekian detik dalam keheningan
Bebey membuka suaranya.
“Beneran? Kamu
nggak bakal nyakitin aku, kan?” tanya Bebey memastikan. Ia tak mau cinta
pertamanya harus menghacurkan kehidupannya ini. Ia tak kan membiarkan itu
barang sedetik pun.
“Iya, aku
beneran. Aku sudah membuktikannya, bukan? Menyatakan apa yang kurasa tepat di
rumahmu, bukan di jalanan yang seenaknya. Bagaimana? Kuharap kamu berkata iya.”
Tanya Hasbih. Suaranya sedikit serak mungkin ketakutannya jika tak diterima.
“Iya, aku
mau.” Jawab Bebey menunduk.
“Nggak usah
malu, angkat dagumu,” perintah Hasbih sambil memegang tangan Beya.
Mereka beradu
kembali dengan perasaanya yang hanya dipahami keduanya, kali ini mereka
bahagia. Setiap harinya mereka menghabiskan waktu bersama. Walau sekadar
jalan-jalan keliling desa atau ke tempat-tempat manis lainnya. Pernah juga
ketika Bebey dan Hasbih berbocengan keliling desa, yang membonceng kali ini
Bebey. Di tengah berboncengan mengendarai motor matic-nya mereka bercanda-gurau
sampe tiba-tiba.
‘Bruk’
“Aww!” teriak
Bebey merasa kesakitan. Seseorang bapak tua yang mengetahuinya ingin menolongnya
namun ditolak halus oleh Hasbih.
“Aman, kok
Pak! Nggak lecet, kok! Maaf mengganggu bapak yang sedang enak-enak di jalan.
Ini hanya masalah rindu. Nggak kuat ama beban rindu jadinya jatuh,” tolak
Hasbih halus.
Bebey yang
mendengarnya hanya tersenyum tipis melihat pacarnya yang sedikit alay. Padahal
ingin bilang romantis, ego Bebey tak mau bilang.
Akhirnya
mereka pulang dan memutuskan pertemuan akhir tahun mereka ke sungai Sesajap.
Sebelum
terlelap tidur, ada notifikasi pesan dari pujaan hatinya.
Aa Hasbih:
Selamat malam. Nggak usah mimpiin aku nanti rindu, biar aku saja yang
memimpikan kamu. Biar aku yang akan rindu kamu.
Pesan itu
hanya dibaca Bebey dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
◊
Hari-hari
mereka dilalui dengan bahagianya. Takada celah untuk merasakan sakit hati yang
ada. Semua sikap manis Hasbih, Bebey terima dengan suka cita. Inilah yang
membuat Bebey tersenyum setiap saat. Mamanya saja kadang bingung melihat putri
sulungnya ini yang rada aneh. Bertepat hari ini adalah waktu janjian mereka
bertemu di sungai Sesajap. Di tepian sungai yang luas nan indah itu. Berteman
bintang malam dan rembulan, mereka menikmati keagungan Sang Kuasa. Jemari mereka
sudah saling bertautan. Memandang mesra luasnya sungai ini.
“Bey, aku
minta maaf ya? Belum bisa bahagiain kamu.” kata Hasbih
“Kamu ngomong
apa, sih? Nggak usah minta maaf. Malah aku senang kamu ajak ke sini. Indah tau?
Ya meskipun akhir-akhir ini kita terlihat renggang. Namanya hubungan juga ada
pasang surut. Nggak selalu bahagia mulu. Kadang ada sedih dan gejolak sebagai
pemanis, Bih. Aku nggak masalah untuk itu semua.” Bebey berterus terang. Memang
benar ia sudah cukup bahagia dengan ini semua.
“Jangan pergi,
ya Bey! Kita nikmati hidup bersama, raih cita-cita bersama. Trus besok malam
tahun baru kita rayain bersama sebagai tanda kalau kita akan maju bersama.
Everything gonna be alright when you beside me.” ujar Hasbih.
Sangat
menyenangkan malam ini. Semua impian serasa sudah ditangan mereka semua
kebahagiaan sudah terlihat begitu nyata. Rupanya malam ini penutup indah cerita
yang ada. Akan ada lembaran baru yang mereka nanti. Dalam hati ia berharap jika
malam ini bukan penutup atas segala kebahagiaannya. Ia begitu takut jika kebahagiaan
selama ini akan tergantikan kesedihan.
Berhari-hari
setelah malam itu sikap Hasbih makin menjadi sulit sekali untuk dihubungi,
apalagi sekadar menanyai kabar. Sikapnya kemarin seperti menghilang begitu
saja. Ada yang aneh. Bebey berusaha encari tau tetap saja tak menemukannya.
Hingga Ardy sahabat Hasbih juga temannya itu mengirim foto Hasbih berdiri di
dekat air terjun. Ia bukan sendirian melainkan bersama wanita yang cantik
parasnya. Berpelukan mesra seakan dunia milik berdua. Seketika itu ia merasa
shock. Apa yang dilihatnya ini seperti hanya mimpi. Baru saja, ia mencicipi
kebahagian bersama kekasihnya itu, namun kini ia harus menelan pil pahit yang
ada.
“Ini nggak
mungkin, kan?”
“Has... biih,”
tersedu Bebey. Sudah dipastikan air matanya menggenang di pelupuk mata. Ia tak
kuasa dengan kenyataan yang ada. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia benar-benar tak
mengira selama ini Hasbih menutupi kebusukannya dengan perlakuan manis yang
ada.
“Aku harus
bicara dengan Hasbih!” ujar Bebey. Segera ia mengambil ponselnya untuk
menghubingi kekasihnya itu.
Aa Hasbih:
Maksudmu ini apa?
Aa Hasbih:
apakah ini benar?
Send a
picture
Kamu nggak
jawab. Apa ini benar? Jelaskan!
Semakin lama
centang dua berganti centang satu. Semua akun media sosialnya sudah Bebey
hubungi, nyatanya tetap sama ia sudah di block oleh Hasbih. Ia tak dapat
mengetahui maksudnya semua ini. Cukuplah ia tahu jika Hasbih sepengecut ini.
Orang yang memploklamirkan serius dengannya tak lebih pembual besar berselimut
kebaikan palsu.
Cukup lama ia
terpuruk, untungnya ia menemukan sahabat yang dapat memahaminya. Tak pernah ia
merasa lebih baik selain ini. Sahabatnya benar-benar membantunya untuk bangkit.
◊
“Ar, yuk udah
malem kita pulang! Masa iya diam di tepi sungai kek gini!” gerutu Bebey pada
temannya Ardy.
“Yaudah ayok!”
tangan mereka saling menaut.
Entah hubungan
apa yang mereka jalani. Namun mereka cukup nyaman. Tanpa embel-embel perasaan.
Tidak tahu siapa yang akan jatuh duluan. Mungkin lebih baik untuk mereka
memahami satu sama lain sebelum menjejalkan rasa di antara keduanya. Kenyaman
ini tak mau ia runtuhkan hanya karena perasaan semu.
Selesai 03022020
Tulungagung, Jawa Timur.
Kisah ini based on true
strory. Kirimkan kisah kalian saya akan membuatnya menjadi sebuah cerita. Kelak
cerita inilah yang akan kalian kenang. Kemarin saya bilang tentang kejutan? Ya
benar ada kejutan yang akan saya berikan. Inilah kejutannya: EVENT MENULIS
SURAT CINTA, SILAKAN CHECK DI FACEBOOK DENGAN USERNAME PENA BASWARA PUBLISHER.
0 Comments:
Posting Komentar
Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!