, ,

Mengikis Luka Bersama, Menyemai Bahagia Berdua

    

 

Tentang dua manusia yang menatap pada lara, memulai untuk saling bicara. Mengenang segala pahitnya lalu selalu mengiringi tiap jejak langkah untuk bergerak maju. Menghabat lajunya langkah, membuat semakin nelangsa. Sungguh seperti drama melodi yang rusak.

    Kita dua manusia, meratapi nasib yang tak mau berpihak pada kata bahagia. Memberikan suntikan patah hati tiap kali rindu menggebu, meminta ulasan kisah lama menjadi kembali nyata. Tentang bahagia bersama dia yang pernah kita cinta. 

    Menelisik, betapa lara selalu membersamai. Berikan jeda sebentar, membuat kita menjadi sering menggunakan kata "pernah" untuk alasan memahami satu sama lain. Terurai pula sekat antara kita, kemudian tiada, lalu mendekat. Membuat kita menjadi erat.

    Tentang kita dua manusia yang mulai menenun kembali kata cinta, merajut asa bersama. Meski, sedikit ragu dalam bertindak, sebab luka pernah dirasa memberikan efek cemas kala ketakutan untuk jatuh pada lubang yang sama datang. 

    Harap-harap cemas, akhirnya kita keluar pada kelam yang selalu menghantui. Berpijak pada harapan yang mulai disusun bersama, kita berikan ulas senyum tuk buktikan bahwa kita bukan lagi sepasang hati yang mata. Sebab, kita adalah sepasang manusia yang sedang berjuang bersama.

    Bahagia mulai kita ciptakan, kabut sendu semakin samar. Hilangkan ragu perlahan, kita melangkah sedikit demi sedikit. Bersama tiap langkah yang selalu kita eratkan pegangan tuk yakinkan pada kekuatan yang ada. 

    Kita, kini menjadi dua manusia, bernapaskan lega. Menghirup udara dengan bebas, teriakkan "Berani" dengan lantang. Tantang dunia, kita tak akan kalah pada medan perang yang ada. Jika lelah, kita putuskan memberi jeda lalu memuat ulang segala asa yang tersematkan pada dada setiap diri kita.

    Jika esok datang, misteri menghantui, kita tak lagi gentar. Sebab, kali ini kita datang bersama namun berperinsip pada masing kita. Sebagai usaha kala kita harus berpisah tak akan ada luka yang harus dikhawatirkan lagi.

    Memang kita bermula pada rasa luka yang sama, ditinggalkan dengan cara berbeda namun pernah memahami arti rasa sakit keduanya. Bukankah ini adalah takdir kita?

    Tentang kita yang kembali ada, tak perlu cemas akan perpisahan, Akan ada waktu dimana temu akan menunggu. Tak perlu bersikap keras pada diri untuk tak jatuh cinta. Sebab ancap kali ini kamu merasa sakit yang tak dijabarkan ingatlah kenangan yang menjadikan sebuah pelajaran bersama,

Aku, kamu, dan dua hati yang sedang patah.
    

Salam hangat!
Salam Cinta!
Salam literasi!!!


0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!