, ,

Sirius Part 1.3




Cerita selanjutnya ...


Bel berbunyi sejak lima menit lalu, semua siswa dari SMA Bima Sakti memang harusnya untuk pulang. Meski ada dari mereka yang masih berada di sekolah untuk extrakulikuler ataupu hanya sekadar nongkrong semata, termasuk Bintang. Bintang memilih untuk pulang agak lambat, pikirannya sedang berkecambuk. Ada banyak hal yang membuatnya kesal. Musuh bubuyutannya yang ada di sini, juga Angkasa; seseorang yang ada dalam masa lalunya. Ia tak sengaja melihatnya saat adu bacot dengan Starla. Menurut Bintang, Angkasa sudah banyak berubah seperti dirinya. Masalah-masalah yang ada dulu membuatnya tak memikirkan kawannya itu.
Hingga dia menghilang begitu lama. Sekarang, disaat Bintang sudah boobrok seperti ini malah menemui kembali segala hal berkaitan dengan masa lalunya yang membuatnya seperti runtuh. Bintang harus kuat, pikirnya.
‘Arghh’ perutnya mulai nyeri kembali, pandangannya pun mulai kabur. Bintang segera mengambil obat-obatan yang ada di dalam tasnya. Ia memasuki mobilnya untuk meminum obat-obatan itu. Ia tak mau kecolongan jika ada orang yang melihatnya seperti ini, terlihat lemah.
“Sial! Kenapa kambuh di sekolah, sih!” umpatnya.
Di tengah dirinya yang meredam kesakitan, ponselnya terus saja berbunyi. Biasalah teman absurdnya yang tadi meminta nomornya dan membuat grup sosmed khusus bertiga.
“Bukan Cabe-Cabean, Yahuut”
Trea: Tang, udah pulang lo?
Bulan: Kayaknya belum deh tadi keknya masih di kelas
Trea: Lu mau jadi penghuni kelas, Tang?
Bulan: Ngapain Bintang jadi penghuni kelas?
Trea: Kumat lagi deh oonya! Bodo, lan!
Bulan: Lah benerkan? Bintang juga punya rumah kali!
Trea: Iya in aja biar cepet.
Bulan: TREA BANGSAT!
Trea : Dedek Bulan diam aja, ya? Lebih cantik diam, loh!
Bulan: Dari lahir gue udah cantik.
Bintang is typing
Trea: Akhirnya nongol yang dicari.
Bintang: Gue mau pulang! Bye!
Setelah itu Bintang mematikan ponselnya. Sakitnya sudah reda, dan ia harus pulang. Bisa-bisanya mamanya ngedumel sepanjang hari melihatnya pulang sedikit terlambat, ah bukan sedikit nyatanya emang terlambat. Ini sudah malam dan ia baru pulang. Mobilnya ia lajukan begitu cepat karna sedari dalam perjalanan pulang ponselnya terus berdering. Siapa lagi kalau bukan dari mamanya. Segera mungkin ia harus sampai.
***
Bintang sudah pulang, ia mengedap-endap untuk memasukki kamarnya, melihat kiri kanan yang dirasa aman. Bintang berjalan pean menuju kamarnya. ‘Hufft’ ia begitu lega karna mamanya tak melihatnya. Rumah terlihat sepi, mungkin mamanya sedang berada di dapur menyiapkan makan malam. Ia segera memasuki kamarnya dan menutupnya pelan-pelan.
“Untung mama masih di dapur” ucapnya lega.
Bintang menaruh tasnya di atas meja belajar. Ia merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya. Cukup membuat penat hari pertama sekolahnya. Namun ada perasaan aneh saat ia merebahkan dirinya di tempat tidurnya tapi Bintang tak tau apa itu.
“Bintang! Kamu baru pulang, Hah!” teriak mamanya di sampingnya.
Nah kan! Pasti ada yang nggak beres. Lucu juga mama nggak ada di ruang tamu. Bodoh! Umpatnya dalam hati.
“Eh, mama. Tadi ... ban mobil bocor, Ma! Jadi Bintang pulang terlambat.” Bintang beralasan.
“Tapi, nggak semalam ini  Bintang! Sekolahmu nggak jauh-jauh amat Bintang!” kesal mamanya.
“Tadi bengkel banyak yang tutup, Ma!” elak Bintang.
“Ya, sudah. Beres-beres lalu makan malam!” mama Bintang keluar dar kamar Bintang.
Usai menahan rasa sakitnya Bintang memang tak segera pulang, ia mampir ke tempat yang membuatnya lebih tenang. Tempat yang bisa menjernihkan pikirannya. Tempat itu pula yang membuatnya harus mengingat masa kelamnya. Cukup jauh juga dari rumahnya. Itulah alasan utama yang membuatnya lebih terlambat dan maksimal terlambat.
“Mama! I’m coming! Yuk makan malam!” teriak Bintang.



0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!