,

Cerpen "Pelabuhan Rasa"



Pelabuhan Rasa
Oleh Mya Veronica
Delisa Nuriska, gadis yang sudah mempunyai perubahan besar dalam hidupnya. Tak perlu ditanya alasan ia berubah, ia hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik saat menjadi mahasiswa. 
“Del, besok sibuk nggak?” tanya Roisi, sahabat Delisa
“Enggak, kenapa emang?” tanya Delisa penasaran
“Yaudah besuk aku bawa teman ke sini. Nggak apa-apa, ‘kan?” Roisi bertanya.
“Nggak apa-apa, sih. Emang mau ngapain?” Delisa penasaran.
“Cuma mau bahas Karang Taruna aja, rencananya di desa kita mau dibuat ada.” Tutur Roisi
Delisa menganggguk paham, setalah itu Roisi pamit pulang ke rumahnya.
***

‘Tok tok tok’
“Assalamualaikum!” terdengar ada mengetuk pintu rumah Delisa. Delisa mencoba menengok luar rumah. Terdapat dua sosok laki-laki yang salah satunya ia kenali. Untung saja Delisa memakai kerudungnya. 
“Waalaikumussalam, masuk Roi!” sambut Delisa
“Lah mbak saya juga nggak diajak masuk?” tanya pemuda itu
 “Kamu juga mas, “ jawab Dekisa lembut
“Ehmm … yok kita masuk aja! Bener nggak Del? “tanya Roisi
 Teman Roi sedari tadi melihat Delisa hingga membuat Delisa salah tingkah sendiri. Mereka akhirnya masuk juga.
‘astaga Del, jangan malu-maluin diri sendiri aja’ gumam Delisa sendirian.
“Oh ya Del, kami mau bahas masalah kemarin yang aku omongin itu” Roisi membuka percakapan di antara mereka bertiga.
“Yaudah, gimana? Kapan rencananya? Sama siapa aja? Trus apa aja yang disiapin? Ehmm ...  dari mana kita memulainya? Oh ya! Masak cuma kita bertiga, si!” cerosos Delisa
Dua orang itu mendengar suara cempreng Delisa yang tidak mau berhenti hanya tersenyum. 
“Eh! Astaga! Aku cerewet, ya?” tanya Delisa malu.
“Enggak mbak,” tanggap pria itu.
“Ehehe … maaf, ya? Malu dah jadinya,” ucap Delisa sambil menutup mukanya.
“Idih Del! Biasanya juga kamu malu-maluin, kenapa harus malu?” ujar Roisi
Sahabatnya ini malah membuat Delisa menggrutu. Delisa berpikir Roisi tak bisa menjaga image-nya di hadapan sosok pria ini.
‘Dasar Roi! Malah ngomong enggak-enggak juga'
“Gini Del, kita buat tim pendirian dan kita rencanain bareng-bareng untuk proses pendirian. Nanti kalau kita semua, nih! Sudah siap baru kita ndiriin Karang Tarunanya. Sebenernya timnya sudah ada, sih! Tinggal kamu aja yang belom aku kasih tahu.” papar Roi.
Delisa mengangguk paham dan menyepakati untuk gabung grup itu.
“Karena sudah fix juga aku pamit, Del.” ucap Roi pamit.
Mereka berjabat tangan dan berlalu meninggalkan Delisa. Pemuda yang tadi juga hanya diam dan mengikuti Roi untuk pulang.
“Kami pamit, assalamualaikum.” Delisa mengagguk dan menjawab salam lirih 
‘Duh! Bikin ade melted bang’ batin Delisa

Usai dari percakapan itu kedua laki-laki itu meninggalkan rumah Delisa. Di kamar Delisa tersenyum sendiri memikirkan perbincangannya tadi. Sesekali ia membuka handphone-nya dan iseng membuka aplikasi media sosialnya.
Tiba-tiba ia dikagetkan satu pesan masuk dari nomor yang tak dikenalnya.
+6283156781******
Assalamualaikum
‘Duh, siapa nih. Orang iseng kah?’ batin Delisa
Delisa mencoba untuk melihat foto profil dari pengrim pesan tersebut.
‘Eh! Ini bukannya temannya Roisi tadi, kan?’ gumam Delisa. Usai melihat foto profi pengirim, senyum Delisa semakin merekah. Dia tidak menyangka orang yang ia kagumi karena pandangan pertama itu mengiriminya pesan. Segera ia menjawabnya
To: +6283156781******
Waalaikumussalam, ini siapa ya?
Delisa berpura pura tak mengenal kontak itu, padahal dalam hati ia sangat sumringah sekali.
From: +6283156782******
Saya yang tadi ke rumahmu. Temannya Roisi. Syahrizal mbak
Delisa tersenyum terus menerus mendapat pesan dari Eza itu. Tak dipungkiri pesan biasa seperti itu membuatnya semakin terpesona oleh Eza yang menurutnya tipe cowok idamannya itu.
Setiap hari mereka berkirim pesan. Ada rasa bahagia yang menelusupi hatinya. Setiap kali pertemuan karang taruna ia paling semangat, pantaslah kan memang ada pujaan hatinya. Meski mereka belum sah dikatakan berpacaran tetapi kelakuan mereka saat di organisasi bisa dikatakan sudah ada 'sesuatu'.

Hari ini tampak berbeda, tanpa diduga saat Delisa video call  dengan Eza kakanya datang menanyakan flashdisk yang dibawa Delisa. 
“Del flashdisk kaka mana?" tanya Acha.
Acha ini bukan Kakak kandung Delisa. Acha adalah kakak tiri Delisa. Yups! Ibu dan bapak Delisa sudah lama berpisah, sama halnya dengan Acha. Kadang Acha tinggal bersama Delisa dan Ibu kandungnya. Kadang kala ia tinggal bersama ayahnya. Bertepatan hari ini Acha tinggal di sini.
“Di tempat pensil, Kak!” jawab Delisa tanpa menoleh kakaknya ia tengah asik bercanda dengan Eza.
“Loh, beb! Ngapain telponan ama adikku?” Pertanyaan Acha seketika membuat hati Delisa hancur berkeping-keping. Beb? Apa maksudnya? Acha merasakan campur aduk. Malu bercampur kecewa.
'Bodoh banget aku' pikirnya.
Delisa yang tidak tahu apa-apa merasa sangat dibohongi. Eza ternyata pacar dari kakakya sendiri. Eza ternyata tak lebih dari seorang playboy meskipun wajah kalemnya terpampang.
"Hehehe, Cha. Masak sama adik ipar nggak kenal?" kelak Eza.
"Emang aku udah ngenalin, ya? Perasaan belum, deh!" ragu Acha
"Biar surprize, dong! Ya, kan, Del?"

'Astaga kebohongan apalagi yang ia buat? Jadi, selama ini aku dianggap sebagai apa? Kata sayangnya, perhatiannya? Sudahlah lebih baik mundur dan tak mau tau lagi tentang. Cukup tau saja aku' batin Delisa.

Untuk saat ini Delisa cukup tau situasi apa yang terjadi. Kekecewaannya hanya ia pendam tak berlaku jika utarakan hanya menambah luka saja baginya.
Mungkin pengalaman cinta pertamanya tak seberuntung itu, dalam beberapa hari dilambung dan sehari dijatuhkan begitu nyata.
Kadang persolan cinta radak rumit, harus bisa menjaga hati agar tak patah berkali-kali.


0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!