SIRIUS
"Hidup itu aneh! Mau ngindari masalah malah ketemu masalah. Ini keberuntungan atau kesialan, sih!"
Harusnya ini menjadi awal pagi yang cerah untuk Bintang, setelah semalaman tidur pulas juga membiarkan teman-temannya menghatui room chat-nya. Gedoran pintu kamar Bintang sudah mulai berbunyi. Tunggu, ini masih terlalu dini mama Bintang menjalankan aksi penggedoran kamar. Bintang masih ingin tidur lebih lama lagi.
"Bintang! Kamu ditunggu teman kamu! Cepat bangun! Jangan malu-maluin! Cewek tidur kayak kebo!" teriak Rani
Entah kenapa Bintang lebih memilih untuk melanjutkan tidur nyenyaknya. Selayaknya tidur panjangnya ini tidak boleh diganggu. Ini masih pagi begitulah menurut Bintang.
"Bintang Angkasa datang cepat bangun!" teriakan Rani
"WHAT THE FUCK?!" Bintang berteriak.
"Bintang cepat bangun! Jaga ucapanmu!"
Okelah, Bintang harus bangun. Ia tak mungkin membangunkan singa betina yang tumbuh dalam diri mamanya. Bisa kacau! Syukur-syukur Bintang tak mendapatkan guyuran air pagi.
"Baik, Ma! Bintang bangun, kok!" kata Bintang, ia sudah bergegas ke kamar mandi.
Pagi ini, Angkasa sudah mengacaukan kenyamanannya. Sial! Jika bukan karena mobil yang dibawa Angkasa dan ocehan mamanya, Bintang tak akan merusak tidur pagi ini. Untuk pertama kalinya Bintang harus menjadi "anak rajin" dengan keterpaksaan yang menyebalkan.
Sedikit ogah-ogahan Bintang bangun dan langsung saja ke kamar mandi. Kamar berantakan itu urusan nanti.Terpenting kali ini dia harus menyingkirkan parasit yang datang di rumahnya pagi ini.
Sedikit ogah-ogahan Bintang bangun dan langsung saja ke kamar mandi. Kamar berantakan itu urusan nanti.Terpenting kali ini dia harus menyingkirkan parasit yang datang di rumahnya pagi ini.
# # #
Lima menit adalah waktu mandi untuk Bintang, sesudah itu Bintang pergi ke ruang makan. Ia tak mau untuk pingsan lagi gara-gara telat sarapan pagi. Big No! Gara-gara itu dia harus berurusan dengan orang yang selama ini dihindarinya.
"Ma, sarapan pagi aku mana?" tanya Bintang
"Ambil sendiri, Bintang," Rani berkata demikian, padahal mengambilkan sarapan untuk Angkasa.
"Ayolah, anak mama sekarang siapa? Kenapa aku harus ngambil sendiri?" Bintang tentu saja tak terima
"Ngomong-ngomong Angkasa bukannya teman Bagas dulu, ya? Dulu sering ke sini, kan? Saat Bagas masih ada?" pertanyaan Rani seakan biasa saja. Kematian Kakak Bintang yang cukup membuat syok keluarga seakan terlupakan begitu saja.
"Ma, aku berangkat!" Bintang langsung saja ke luar rumah saat mendengar nama Kakaknya disebut. Tentu saja Bintang tak mau ada pembahasan tentang Kakaknya ini. Terlalu sakit untuk dikenang. Alasan-alasan kenapa Bintang menjadi orang yang seperti saat ini adalah kakaknya.
"Lo, jadi berubah gini sih! Nggak ada sopannya sama nyokap lu dan well, lu menjadi gadis nakal sekarang, ya?" Angkasa yang sudah selesai makan, langsung saja menjejalkan pertanyaan yang bodoh menurut Bintang.
"Lu, diem. Nggak usah ikut campur masalah gue!" sarkas Bintang
Penekanan yang dibuat Bintang menjelaskan, perubahan yang amat banyak. Sebut saja, ini cara Bintang mempertahankan dirinya untuk terlihat tegar di mata orang lain. Karena memang orang yang rusak berawal dari keedihan yang tak bisa ia obati sendiri. Pelampiasan-pelampiasan dalam hal-hal negatif adalah cara ampuh buat mereka untuk menjadi bahagia walaupun itu palsu.
"Yaudah, kalau nggak mau jawab sekarang. Cepet naik!" Angkasa menyuruh Bintang untuk segera menaiki mobil dan meluncurlah mereka menuju sekolah.
###
Part 3 kali ini lebi sedikit,mohon maaf ya! Ada bebrapa endala yang membuatnya sedikit hehehe
Lanjutkan, kak. Jangan menyerah. Tetap semangat meski pembaca sedikit.
BalasHapus