Cerita sebelumnya ...
“Benar-benar most wanted punya pengaruh, ya?” sindir Bintang
“Nggak usah diliat, lo fokus jalan aja,” jawab Angkasa.
Meski sebal dan
dongkol menyerang uneg-uneg Bintang, dia hanya menurut saja. Bagaimana tidak ia
terlalu lemah untuk meladeni perdebatan yang tidak berguna ini. Angkasa lawan
debat pasti tidak mau kalah dan akan terus mengoceh mengenai hal ini itu yang
membuatnya semakin jengkel saja.
Dasar kutukupret sok dingin! Umpat Bintang dalam hati.
Tangannya
menggenggam erat ingin sekali ia meninju kepala Angkasa. Sayangnya Bintang
urungkan melakukan hal yang nggak masuk akal itu. Orang masih sakit masa mau
menyerang orang sehat. Pastinya ia bakal kalah. Gengsi dong! Di perjalanan
mereka hanya berdiam tak mengucapkan sepatah kata pun. Buang-buang tenaga.
“Mana kunci
mobil, lu?” tanya Angkasa, setiba kaki mereka di area parkir.
“Noh! Di tas
gue, cari aja sendiri!” ujar Bintang tak acuh.
Angkasa segera
menarik tas Bintang dan membongkar isi tas tersebut. Ia mengacak-acak isinya
bahkan menjatuhkan semua barang Bintang, sampai-sampai semua berserakan.
“Heh! Lu malah
ngacak-ngacak tas gue begini! Beresin!” Bintang tak terima, langsung saja
marahnya tersulut.
Angkasa tak
peduli dengan ucapan Bintang, dia terus saja mengobrak-abrik tas itu sampai
kosong. Hampir saja Angkasa melempar tas
itu,
“Oke! Stop!
Bermainnya Angkasa! Ini kuncinnya, jadi taruh kembali barang-barangku ke tem
pat se mu la!” teriak Bintang, sudah muak ia dengan Angkasa yang benar-benar
menyebalkan.
“Jangan
sekali-kali melawan Angkasa, Bintang!” ucap Angkasa, ia tersenyum smirk pada
Bintang.
Bintang
sebenarnya ingin mengerjai Angkasa dengan menyuruh mencari kunci di dalam
tasnya. Padahal jela-jelas setiap hari kunci itu ia taruh di saku. Sayangnya
Angkasa terlalu cerdik untuk dikerjai dengan hal sepele ini. Jadinya, jebakanya
memakan dirinya sendir. Kasihan Bintang, du du du.
“Oke lu boleh
tersenyum senang Angkasa Triananda!” kesal Bintang.
“Cepat masuk!
Atau gue gendong!” kata Angkasa ketus.
“Oke, gue masuk!
Nggak usah modus, Lu!” jawab Bintang.
Suasana hening,
bercampur kikuk. Keduanya melanglang dengan lamunan mereka sendiri-sendiri.
Bintang hanya melihat pemandangan dari jendela. Teringatlah dia ketika liburan
bersama abang tersayangnya. Di mana Bintang benar-benar happy saat permintaannya
liburan ke Bogor dituruti abangnya. Bintang bahkan mengajak teman segenk dan
sang abang pula mengajak temannya. Suasana di dalam mobil sangatlah ramai.
Mereka begitu ceria menikmati liburan yang dibuat mereka sendiri. Sedikit air
mata Bintang menetes. Kenangan indah itu membuat Bintang bersedih, andai saja
....
Angkasa melihat
Bintang mengeluarkan air mta, segera menyetel lagu yang ceria. Menyaksikan
Bintang bersedih di depan mata dan hanya bisa terdiam saja. Ini sungguh
menyakitkan. Angkasa tak bisa berbuat. Angkasa tak mampu menyeka air mata
Bintang. Terlalu dini untuk membuat Bintang mengingat kelamnya juga.
“Apaan sih!
Lagunya norak amat!” gerutu Bintang.
Ku bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan ku bukan priyai
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai
Andai aku Letto wis pasti aku wong jowo
Tapi, kenyataan aku bukan siapa-siapa
Ku ingin engkau mencintaiku apa adanya
(Project POP-Bukan Superstar)
“Lagu lu apaan
sih, biar gue yang nyari!” kritik Bintang
Bintang mencoba
mencari lagu yang bagus untuknya. Menimang-nimang lagu yang sesuai keadaan
hatinya.
When the visions around you
Bring tears to your eyes
And all the surrounds you
Are screts and lies
I’ll be your strength
I’ll give you hope
(This I Promise You-Shane Filan)
Lagu yang tak
sengaja diputarnya malah membuatnya semakin teringat oleh abangnya. Hampir saja
ia menangis tersedu lagi.
“Apaan lagu
lu! Malah mellow gini!” runtuk Angkasa, mencoba memutar lagu lagi.
“Heh itu
bagus. Lu nya aja yang nggak paham lagu bagus!” sungut Bintang. Tetap saja
Angkasa mencari lagu yang sesuai dengan seleranya. Mereka saling merebut
pemutar suara. Tidak ada yang mau menglah. Keduanya ingin mencari lagu sesuai
kehendak mereka hingga berakhir lagu yang sesuai dengan keadaan mereka.
Dan mungkin bila nantiKita kan bertemu lagiSatu pintaku jangan kau coba tanyakan kembaliRasa yang kutinggal matiSeperti hari kemarinSaat semua di sini(Bila Nanti-Peterpan)
Kedua pemuda
pemudi itu hanya terdiam, seakan lagu yang acak dipilih membawa suasana hati
mereka. Mengingatkan kisah mereka dulu, yang pahit dan berakhir pada saling
asing. Tak mau menyapa bahkan bisa dipastikan tak mau saling menyentuh privasi.
Ini lagu yang sangat menyadarkan mereka.
Dalam hening,
perjalanan terasa begitu lama. Bintang sampai tertidur begitu pulasnya.
Kegarangan atau pun sikap dinginnya terasa sirna saat Bintang tidur. Bagaimana
pun itu memang hanya sekadar topeng Bintang atas kesakitan yang dirasakannya.
Angkasa sudah sampai di depan rumah Bintang. Antara tidak tega dan ego, Angkasa
akhirnya menyentil wajah Bintang dengan keras.
‘Aw!’ keluh
Bintang
Angkasa hanya
tersenyum sekilas.
“Lu mau bangunin
gue atau ngusir nyamuk? Kenapa pake disentil segala, sih?” tanya Bintang.
“Biar cepet,”
jawab Angkasa menggantung.
“Hah?” Bintang
masih saja belum paham.
“Biar cepet
bangun, gendong lu berat,” tukas Angkasa
“Gue nggak
seberat itu! Asal lu tau-_” Bintang mulai bete segera meninggalkan Angkasa
begitu saja. Angkasa pula hanya diam. Lalu menjalankan mobil begitu saja.
Loh itu bukannya mobil gue, trus besok gue berangkat sekolah pake apa? Sial! Bintang meratapi kebodohannya sendiri dalam hati.
‘Tring’
+6285628580242xxxx
Besok lu gue jemput
“Nah, kan!
Angkasa yang bawa. Dapet nomor gue dari mana ya?” gerutu Bintang
Merasa bodoamat
karena bingung nggak ketulungan, Bintang masuk rumah langsung tidur saja. Masih
siang jadi tidur adalah pilihan utamanya. Sambil menunggu mamanya pulang malam.
0 Comments:
Posting Komentar
Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!