,

Cerpen "Everything Gonna Be Okay, versi Juminten"



              
  Painem, simboknya Juminten. Painem adalah simbok yang nelangsa dan harus berjuang menyekolahkan Juminten hingga rela bekerja di luar negeri. Painem dulu adalah seorang kembang desa yang diperebutkan para perjaka di desanya juga desa tetangga. Saking cantiknya, Painem hanya tunjuk jari saja untuk memilih lelaki yang menjadi pendamping hidupnya. Sayangnya, Painem sudah mempunyai calon sendiri. Tetangga samping rumahnya, Kuncoro. Laki-laki yang tak rupawan dan juga pemalas. Setiap hari kerjaannya hanya ngopi dan ngrokok. Disuruh mengurus sawah bapaknya saja tidak sudi. Benar-benar nggak bisa dijadikan kepala keluarga yang bijaksana. Ndilalahnya Painem malah menyukai Kuncoro. Kata Painem, cinta itu emang lucu. (Lucu gundulmu, Nem! Guoblok! Simbok Painem pernah berbicara seperti itu.)
Painem dibutakan cinta, sampai memaksakan simboknya untuk menikahkan dengan Kuncoro. Painem yakin Kuncoro bisa berubah. Tapi, sampai Painem punya anak pun Kuncoro masih sama saja.

Enam bulan sebelum menjadi TKI, Painem berdebat dengan Kuncoro.

      "Mas, aku mau jadi TKI! Juminten butuh duit untuk sekolahnya. Kamu mbok yoo bekerja. Aku capek jadi kuli terus!" Painem sudah jengah dengan suaminya ini.

     "Halah! Biasanya kamu yang kerja. Kalau mau jadi TKI ya, silakan!" Kuncoro tak peduli. Ia melanjutkan menyesap rokok yang baru saja dibelikan Juminten, anaknya. Kuncoro bakal ngamuk jika tak mendapatkan jatah rokoknya. Tak peduli keuangan keluarga mereka seret.

      "Mas, sampean masih bisa nyantai kaya gini? Juminten sudah kelas 3 SMA, mau kuliah!" teriak Painem.

     "Tinggal nikahkan saja. Nggak usah repot-repot kuliah! Ngabisin duit. Buat ngerokok aja kau belikan aku yang kere!" ujar Kuncoro.

                   Painem sudah nggak kuat dengan Kuncoro. Betul kata simboknya, "Membangun keluarga ndak butuh dengan cinta saja perlu keuangan juga" bukannya matre. Tapi, memang seharusnya Kuncoro peduli dengan keluarganya. Mencarikan nafkah untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Bukan malah berpangku tangan pada istrinya. Dempor, lek!

                Sudah Painem putuskan untuk bekerja di luar negeri. Painem bakal bekerja, menabung dan setelah itu membuka usaha warung. Di desa mereka hal lumrah jika istri yang bekerja dan seorang suami yang mengurus anak. Painem adalah seorang salah satu jenis istri yang bekerja.

            Painem telah menjadi buruh Formusa. Bekerja keras untuk anak semata wayangnya. Ia tak mau jika Juminten seperti mboknya ini. Baru saja, Painem selesai memasak. Dilihat dari jam tangan yang dipakai sudah pukul 1 malam. Hapenya tiba-tiba berdering. Juminten tertulis dalam layarnya.

          "Assalamualaikum, buk," sapa Juminten

           "Waalaikumussalam, Nduk. Ada apa telpon tengah malam?" tanya Painem khawatir.

          "Buk, bapak mau jodohkan Juminten. Juminten ndak mau. Masih ingin kuliah"  cicit Juminten.

             Painem menghirup napas dalam-dalam. Suaminya sudah keterlaluan. Bisa-bisa saat masa ujian Juminten diganggu pikiran bodoh bapaknya. Juminten meskipun anak yang pandai, dia masih labil. Ini bisa mempengarui nilai Juminten.

      "Ibuk bakal bicara dengan bapakmu. Nggak usah khawatir, Nduk. Kamu bakal kuliah," Painem menenangkan gelisah anaknya.

         Painem harus tegas dengan suaminya. Ia ingin berbicara dengan majikannya. Majikannya sangat baik padanya. Tidak menyangka juga majikan Painem masih muda. Seorang aktor terkenal di negara Taiwan. Tempat Painem bekerja. Jika ditaksir umur, 22 tahun. Masih muda, bukan. Sebutan kita biasanya, kinyis-kinyis. Tampan, tinggi, mancung, plusnya baik hati. Namanya Li Hong Yi.
Foto Hong Yi

        Setiap ada masalah Li Hong Yi biasa bercerita dengan Painem. Bagaimana pun tinggal sendirian tidak menyenangkan. Li Hong yi menganggap Painem sebagai ibunya sendiri.

        Usai bercerita, Li Hong Yi memutuskan untuk mencarikan pengawal Juminten. Li Hong Yi tak ingin jika Painem bersedih atau memutuskan kontrak. 

       "Thank you, Mister" ucap lega Painem.

Segera Painem menulis pesan untuk anaknya.

        "Nduk, kamu ndak perlu khawatir. Ibuk sudah carikan pengawal untukmu. Sampean belajar saja yang rajin. Ini berkat majikan ibuk."
Painem

         "Matur suwun, Buk. Sampaikan pada majikan ibuk juga."
          Juminten.

   Sehari setelahnya.
          Bapak Juminten, Kuncoro datang bersama dengan Juragan Bendot. Sudah membawa hantaran untuk acara pernikahan Juminten. Padahal Juminten termasuk masih belia, 17 tahun. Waktu yang seharusnya Juminten gunakan untuk mendulang kesuksesannya. Kuncoro emang gebluk! Merebut kebahagiaan anaknya untuk dirinya sendiri.

         Juminten kalut. Ia lari lewat belakang rumahnya. Kuncoro tau langsung memanggil kawanannya yang edan semua untuk menangkap Juminten. Dari sisi lain, pengawal berjas hitam yang sudah mengawasi Juminten dari jauh langsung menghadang para bandot lenjeh itu. Juminten hanya ingin lari saja. Sampai ia tak mempedulikan bahwa di depannya ada mobil Juragan Bendot dan bapaknya. Juminten terkepung! Pengawalnya masih berjibaku dengan bandot lenjeh.

'sret!'
           Tangan Juminten ditarik oleh pemuda tampan. Mungkin bisa dibilang ketua dari pengawal itu. Bagaimana bisa Juminten tau itu pemuda tampan padahal memakai kacamata hitam? Yups! terlihat dari leku wajahnya.

"Follow me!"

Juminten hanya mengangguk dan mengikuti pemuda itu.
Telah jauh mereka berlari. Di depan mereka terlihat mobil mewah yang siap menanti mereka. Lebih tepatnya, menjemput pemuda itu.

"Are okay?" Pemuda itu tampak khawatur melihat raut muka Juminten.

"Yes, sir," Juminten menjawab lemah. Tiba-tiba saja kesadaran Juminten menghilang. Juminten dibawa masuk ke mobil itu ala bridal style. Maco!

###

Bau menyengat obat-obatan membangunkan Juminten.
"MasyaAllah!" Juminten terkejut ia berada dalam rumah sakit.
"Are you okay, Nona?" tanya pemuda yang menyelamatkannya tadi.
"Hmm"
 "Your mother call you," Pemuda itu memberikan ponselnya pada Juminten
Walah hapenya uapik tenan, seru Juminten dalam hati. 
Maafkan Juminten yang katrok. hehehe
 "Buk, ini aku sama siapa?" kata Juminten penasaram
"Nduk, itu Ling Mi Ketua Pengawal. Dia baik dan akan bertanggungjawab atas kesalamatanmu," kata Painem
"Halo Juminten, I am Hong Yi. Your Brother right know," Hong Yi ikut berbicara.
percakapan mereka sangat seru sekali. Ling Yi hanya melihat Juminten dengan tatapan dingin. Maklum kadang nggak paham bahasa jawa ketika Juminten dan ibuknya bicara. Penasaran Cuyy!
      Hidup Juminten setelah itu berubah. Ia tak lagi hidup bersama bapaknya. Ia tinggal di kota besar emm ... tepatnya di sebuah kos-kosan sederhana yang diinginkannhya. Padahal ditawarkan tempat yang lebih bagus dari pada itu.

###
           Berbulan-bulan komunikasi Juminten dan Painem berjalan baik. Painem lega anaknya nyaman dan bersekolah dengan rajin. Hari ini adalah pengumuman lolos tidaknya Juminten daftar ke UI jalur bidik misi.

Dering telpon Painem.

"Assalamualaikum, Buk. Juminten lolos. Juminten akhirnya masuk UI, Buk. Alhamdulillah," Juminten berteriak di seberang sana.

"Alhamdulillah, Nduk. Hong Yi pasti seneng dengar ini. Nanti ibuk kabarkan ke Hong Yi juga," Painem bahagia. Mimpi anaknya tercapai. Usaha kerja kerasnya untuk Juminten membuahkan hasil.

Kalau boleh tahu, Juminten dan Hong Yi berteman. Malah Hong Yi seperti kakak bagi Juminten. Sering berkabar pula mereka.
Sedang bapak Juminten? Sudah bercerai semenjak kegilaannya yang akan menjual anaknya karna tak bisa menikahkan dengan juragan tua bangka yang kaya raya. Bagaimana kehidupannya? Entahlah. Pastinya sedang dikejar rentenir akibat kalah judi.


0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!