, ,

Melupa Tentang Kita

    


    Kala kita sama-sama meleburkan diri untuk berpura-pura lupa agar tak lagi merasa tentang kecewa dan lara yang akan datang. Merimbun di dalam kalbu tiap raga kita. Bukan bermaksud untuk tak mengenali lagi kisah kita atau memaksa menimbun di tempat paling jauh dalam diri. Hanya saja, itu bukan waktunya lagi untuk menunjukkan romantisme cinta kita ini. Jika kita kembali, akan ada banyak yang semakin melara. Kita akan bahagia di atas luka. Akan kejam juga bagi mereka, sebab keegoisan kita. Kita ada karna sebab dan berpisah juga karna sebab, jika kita kembali bagaimana dengan hati yang lain?


    Aku tahu melupa tentang kita bukanlah hal yang mudah, banyak kenangan masih membayang dalam setiap gerak. Setiap ucap jua memiliki kenang, dan setiap tempat akan ada putaran film yang membangkitkan memori lama. Begitu romantisnya kita, namun sekarang harus dikubur jua. Simpanlah rasa ini tanpa harus mereka tahu. Lalu, biarkan sedikit-demi sedikit, detik demi detik terlupa. Kita sudah tidak ditakdirkan bersama, sebab di antara kita ada hati yang harus dijaga.


    Jika kita mengego, memaksa keadaan, mengembalikan segala kenang dan rasa, bukankah ini sebuah bencana? Hubungan kita kembali diungkap namun nantinya akan terlarang. Kita adalah rasa yang datang kembali di waktu yang salah. Kita hanya bisa mengenang tanpa bisa memutar ulang. Kita hanya bisa memimpi yang kemudian harus dibuyarkan kembali. Sebab, adanya kita saat ini adalah cela bagi mata tiap orang. Kita adalah luka yang menyengsarakan.


    Sudahlah jangan kau tangisi ini, berbahagialah bersama dia yang kau pegang tangannya sedang aku akan melupakan rasa ini bersamanya yang memegang tanganku. Meski harus berpura-pura lupa, ini juga menyakitkan bagiku. Kau datang kembali dengan hubungan baru saat rasa cintaku padamu masih belum padam. Kau menanyakan rasaku padamu sedang kau terikat pada hati yang baru pula aku pada jalan baru yang mencoba melupa hal tentang kita yang telah lama berakhir. Cukup, kita harus melupa.


Kita telah berada pada jalan yang berbeda dan baru, mengapa harus kembali pada jalan lama dahulu.



    Sudahlah kenang dalam diri kita hanya sebatas kenang bukan untuk diungkit. Takdir kita hanya untuk menjadi kawan bukan pasangan. Mari melupa tentang kita, kembali pada tangan yang sudah lama menanti kita memegang erat. Tak apa kali ini kita merasa begitu tersayat, terluka, dan melara. Waktunya kita pura-pura lupa, biarkan bahagia datang kembali dengan cara yang berbeda meski tak bersama.


    Tersenyumlah dahulu, hapus tangisanmu. Aku tak bisa memegangmu dan mengapus air matamu seperti dulu. Itu hanya akan membangkitkan rasa kembali. Cukup kali ini kita membicarakan rasa ini berdua. Selanjutnya kita tak akan begini. Kita harus berjalan maju, bukan? Kenangan kita di masa lalu biarkan pada tempatnya. Mengertilah aku juga terluka, tapi tetap saja ada hati yang harus dijaga.


Tulisan ini terinspirasi oleh lagu yang berjudul Pura-pura Lupa karya Pika Iskandar yang dipopulerkan oleh Petrus Mahendra. Sebenarnya juga tulisan ini muncul di kala mimpi tidur menggentayangi. Hehehe


Salam Literasi. Salam hangat



Obral Kata Veve


0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!