Melankoli Sekolah Daring




    Tahun ajaran baru sudah dipersiapkan, pembelajaran online yang sudah hampir setahun akan bergeser dengan pembelajaran normal yang sesuai dengan protokol. Meski akan bergeser pada pembelajaran tatap muka, masih teringat jelas banyak tragedi selama pembelajaran daring. Setahun berpegang pada gadget tak hanya memiliki dampak positif juga dampak negatif. Balada pembelajaran online di tengah pandemi memberi efek yang sangat luar biasa.


    Monitoring guru terhadap siswanya jelas kurang, abainya orang tua pada anaknya. Mengajarkan anak penggunaan gadget demi bisa ditinggalkan saat mencari nafkah, membiarkan mereka terlalu lama bermain gadget membuat anak bebas tanpa aturan. Sering kali terjadi di tengah pembelajaran online melalui aplikasi yang bisa menampung banyak anggota malah terjadi degradasi moral. Pengabaian materi yang diberikan guru, hingga sampai pada jenuhnya seorang siswa dalam pembelajaran yang hanya fokus pada pemberian soal kurang penjelasan. Alhasil, tak semua siswa mengerjakan tugas dengan tertib. Terlambat mengumpul dengan tenggat waktu yang telah dituntukan. Malas belajar dan membuat siswa mencari jalan lain dengan mencari hiburan di tengah suntuknya pelajaran.


    Sebenarnya jika ditindak lebih tepat dengan adanya kerja sama pihak sekolah dan rumah, masalah-masalah yang ada bisa diminimalisir. Peran kedua belah pihak sangat menetukan proses pembelajaran yang lebih baik. Tidak hanya dari keduanya, faktor media pembelajaran yang menggunakan telepon genggam dan internet juga sama pentingnya. Karena tanpa media pembelajaran, tak ada pembelajaran yang akan berlansung. Sebab itu pula KEMENDIKBUD memberikan keringan pembelajaran dengan menyediakan kuota gratis bagi siswa untuk mempermudah pembelajaran yang ada. Sayangnya ketika ditinjau lebih jelas untuk hal yang sudah diperkirakan mendorong pembelajaran online yang memuaskan ternyata masih ada masalah yang terjadi.


Kenapa bisa terjadi?



    Tidak semua yang diprediksi bakal saling bekerja sama untuk membuat pembelajaran menyenangkan terjadi di dalam lapangan. Kecanduan gadget membuat siswa lupa pelajaran. 

Telepon genggam sebagai media malah menjadi bahan siswa mengakses hal-hal yang seharusnya belum dipelajari. Transaksi mengenai hal-hal yang berbau dewasa mudah terjadi dengan pembuatan grup yang bisa dibuat semua orang pemakai telepon gengggam ini. Penyebaran hal-hal yang bertentangan sangat bisa terjadi lewan handphone. Guru dipusingkan dengan administrasi yang banyak. Waktu pembelajaran tidak bisa kondisional karena tidak bisa terkondisikan seprti pembelajaran tatap muka. Orang tua lebih mempercayakan handphone kepada anaknya tanpa merasa khawatir bahkan tak ada penjagaan sama sekali. Kondisi lingkungan yang sulit dijangkau oleh internet maupun signal.


    Beberapa faktor yang terjadi ini membuat kondisi terlihat kacau namun tak terlihat. Balada sekolah daring ini semoga lekas usai, dengan adanya pembelajaran tatap muka seperti biasa. Semoga wabah yang ada segera sirna. Hingga rencana tatap muka bisa terlaksanakan dengan baik.

0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!