, ,

Konflik Wadas, Bahaya Pertambangan untuk Lingkungan Sekitar



    Mengingat akhir-akhir ini santer terdengan "Konflik Wadas" yang menimbulkan beberapa pertanyaan. Tentang apa masalah awalnya? Apakah hanya tentang bendungan atau tentang pertambangan yang akan dilakukan di desa itu? Kenapa sesama warga saling melapor? Paling hangat menjadi pembicaraan adalah masalah pertambangan yang akan dilaksanakan di Desa Wadas.


    Beberapa hari terakhir konflik yang terjadi di desa Wadas menjadi hal yang sangat menggemparkan publik, karena terdapat 9 korban luka-luka dan 11 penangkapan warga, pengurus LBH Yogyakarta yang dianggap sebagai provokator. Setelah bersitegang antara warga dan aparat kepolisian yang ada di tempat kejadian.


    Konflik ini terjadi lantaran masih ambigunya ganti rugi yang diberikan juga tentang kerusakan apa yang terjadi jika pertambangan bantuan andesit di lakukan di Desa Wadas. Pertambangan ini dicetuskan sebab akan ada pembuatan Bendungan Bener untuk keperluan irigasi petani di sekitar bendungan tersebut. Ditambah lagi terdengar isu tentang adanya sebagian warga yang ikut turut melaporkan warga lain saat warga turun aksi menentang pertambangan di Desa Wadas.


    Masyarakat sekitar memang setuju akan adanya bendungan yang dibangun, warga tidak mempermasalahkan itu, hanya saja yang menjadi awal keributan ketika bahan pembuatan bendungan yakni bantuan andesit yang akan digali di Desa Wadas melalui Pertambangan Batuan Andesit. Ini memunculkan keresahan sebagian warga tentang dampak pertambangan yang akan ada setelah pertambangan ini benar-benar dilakukan. Sampai pada waktu sosialisasi tentang proyek Bendungan Bener dan Pertambangan Batuan Andesit sedikit warga yang datang.

Bukan tentang dampak secara langsung, tetapi dampak seumur hidup tentang bagaimana lingkungan akan tercemar terutama sumber mata air dan ancaman longsor yang bisa datang sewaktu-waktu. Ini benar-benar membuat warga sangat khawatir.

 

    Menurut artikel dari nu.or.id melalui wawancara terhadap Helmy salah satu pengurus PBNU yang mengatakan bahwa seharusnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk turut melibatkan diri dalam menengahi konflik antara aparat dan warga.


    Karena bagaimanapun juga tentang pertambangan di Desa Wadas gubernurlah yang menurunkan SK untuk bisa melakukan pertambangan tersebut. Setelah adanya ramai-ramai tentang Gubernur Ganjar pranowo untuk turun tangan, akhirnya gubernur mulai angkat bicara.

    Menurut artikel dari solopos.com yang berjudul Ini Saran Ganjar Terkait Bentrok Aparat & Warga di Desa Wadas, gubernur mengatakan jika dari kabupaten yakni PEMKAB Purworejo harus melakukan sosialisai kembali agar tidak terjadi konflik dan perlu adanya dialog terbuka. Gubernur juga menyatakan bahwa mereka sudah setuju tentang pembangunan Bendungan Bener.


    Namun, yang lebih diungkap dalam penytaan gubernur tentang Bendungan Bener bukan tentang Pertambangan Batuan Andesit yang menjadi akar konflik ini.


    Tentang Bendungan Bener mereka memang bagus jika dibangun, namun untuk pertambangan sangat mengusik warga tentang dampak yang akan dialami oleh warga sekiitar. Bagaimana tercemarnya sumber air?Tentang bagaimana longsor akan menimpa warga.


    Konflik Desa Wadas perlu penanganan serius agar bisa diselesaikan dengan baik. Baik dari pihak warga maunpun pihak aparat. Karena sudah menjadi rahasia umum tentang adanya sekat antara aparat kepolisian dan masyarakat. Konflik Desa Wadas hanya akan menjadi alasan kesekian kali terkait sekat aparat dan warga yang menjadi melebar.


    Membahas kembali secara khusus tentang apa yang akan terjadi tentang dampak pertambangan di lingkngan sekitar, menurut jurnal Al'adl Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 yang berjudul Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Hidup Di Kalimantan Selatan dan Implikasinya Bagi Hak-Hak Warga Negara yang ditulis oleh Nurul Listiyani bahwa terdapat dampak negatif bagi lingkungan:


1. Dampak pertambangan dalam waktu singkat dapat mengubah bentuk muka tanah dan dengan topografi yang membuat ketidakseimbangan pada sistem ekologi sekitar lingkungan. Pada hal ini munculnya dengan tanda kerusakan lingkungan juga pencemaran lingkungan.


2. Dampak pertambangan juga mengakibatkan penceramaran lingkungan hasil dari proses pertambangan tersebut. Lingkungan menjadi tidak sehat.


3. Pertambangan yang tidak melihat tentang keselamatan kerja juga kondisi geologi bisa mengakibatkan bencana alam semisal tanah longsor, gempa, dan keruntuhan. Banyak sekali berita kecelakaan kerja yang dimana terjadi keruntuhan yang mengakibatkan adanya korban dalam kecelakaan kerja.


Berbagai dampak negatif ini sangat membuat masyarakat cemas di sekitar daerah yang akan dijadikan pertambangan, padahal setiap manusia mendapatkan hak atas lingkungan yang baik dan sehat. Jika dampak ini ada, bukankah telah menyalahi hak manusia untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat?


Source: Solopos.com, nu.or.id, ayosemarang.com

0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!