, ,

Balada Bukber, Niat Temu Kangen menjadi Ajang Pamer Kesuksesan


 

    Bulan Ramadhan sudah berjalan sepertiganya, undangan untuk berbuka bersama masih silih berganti datang. Entah itu buka bersama dan agenda silaturahmi dengan komunitas, organisasi, atau sekolah baik sudah lulus atau pun belum.


    Sayang sekali, agenda buka bersama yang memiliki makna untuk menyambung tali silaturahmi menjadi sebuah tragedi pecahnya konflik. Ini karena tidak lain adu pendapat menentukan agenda buka bersama (bukber) yang akan dijalankan. Baik tentang waktu, tempat, menu, absensi, bisa menjadi masalah yang runyam. Bahkan, ketika agenda buka bersama (bukber) yang sudah dipastikan ternyata menjadi sebuah wacana semata, membuat kekecewaan bagi yang sudah mengharapkan agenda berjalan.


    Paling kacaunya jika antar anggota dan panitia saling menyalahkan atas penghapusan agenda yang akan dijalankan. Hilangnya komunikasi, membuat agenda yang bisa dirancang dengan baik bubar tidak terarah dengan jelas. Menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan dari panitia itu sendiri.


    Namun, bukankah ini sebuah agenda rutin? Kenapa tidak membuat panitia tetap saja agar kegiatan buka bersama (bukber) tidak menimbulkan perselisihan yang akhirnya merenggangkan sebuah hubungan pertemanan itu? Bukankah tentang adanya temu kangen adalah harapan bersama? Kenapa menjadi urusan perorangan?


    Permasalahan seperti ini hanya akan memberikan sebuah jawaban. Ya, tentang seharusnya kita sadar akan pertemanan yang telah dibangun. Hingga akhirnya saling bantu membantu mewujudkan sebuah agenda bersama. Komunikasi yang terbuka memberikan pemahaman antar anggota untuk memahami situasi dan masalah yang terjadi sampai menemukan sebuah solusi yang dipikul bersama.


Bagaiamana jika buka bersama (bukber) itu terjadi?


    Jika buka bersama (bukber) itu terjadi, akan terjalin komunikasi antar sesama yang kadang memberikan efek baik juga efek buruk, Efek baik ketika niat buka bersama (bukber) dilakukan semata untuk membuka kembali tali persaudaraan. Benar-benar ikhlas saling merentangkan tangan, menyambut satu sama lain dalam bersaudara, menjaga hubungan untuk tidak menyinggul hal-hal yang memiliki unsur pembicaraan pribadi.


    Kadang kala agenda buka bersama ada, hanya menjadi ajang pamer kesuksesan. Menanyakan temannya tentang apa yang sudah dicapai dan kemudian menujukkan pencapaian dirinya. Ini bukan lagi ajang temu kangen, hanya sebuah ajang dan perlombaan siapa yang terbaik. Menghilangkan niat awal untuk bersaudara.


Lantas ketika buka bersama, apasih hal-hal yang seharusnya tidak dipertanyakan?

Pertama, jangan pernah menanyakan bekerja di mana, lagi ngerjain apa sekarang?

Kedua, Kapan kamu lulus?

Ketiga, Kapan kamu menikah?

Keempat, Kok kamu jadi gini ya? (Terkait fisik)


    4 hal pertanyaan yang harus kamu hindari saat buka bersama karena ini hanya akan menyakiti lawan bicaramu jika pertanyaan tersebut memiliki efek sensitif bagi pendengarnya. Tidak perlu menanyakan hal tersebut sebenarnya kamu akan tahu sendiri, baik dari media sosialnya maupun dari pernyataan sang empunya sendiri.


    Buka bersama bukan ajang pamer penghasilan dan pekerjaan, buka bersama bukan ajang pamer pencapaian. Namun, buka bersama ajang menyambung tali persaudaraan. Tidak hanya untuk sebuah hubungan persaudaraan juga tentang agenda saling bekerja sama untuk mencari pahala dengan bakti sosial dan juga khataman bersama.

2 komentar:

  1. Kapan ya terakhir ikut reuni bukber? Hmmm.. udah lama banget. Dulu awal-awal semangat, makin lama makin males. Karena ya gitu, yang ditanyain kalau cowok: kerja dimana sekarang? dan kalau cewek ditanyain: anakmu sudah berapa?

    jadi beberapa teman yg introvert dan nggak terlalu aktif di kelas mulai menghilang dan nggak mau ikutan bukber, walaupun sekarang dia sudah sukses.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ... ternyata pertanyaan yang sensitif membuat kita jadi nggak semangat untuk bukber dan reuni, ya?

      Hapus

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!