Jika Akhirnya Rasa Harus diakhiri



Aku menginginkanmu, tapi aku harus melepaskanmu. Kebahagiaan yang sudah kita buat ini terpaksa dibuang jauh-jauh. Kenangan yang terlanjur terpatri harus disingkirkan. Hahaha ..., benar lucu sekali kisah ini. Membuatku terus mengumpat karna kesal tapi kini perlu diselingi tawa untuk hiburan pada diri sendiri.

Akhirnya, kita menemui sebuah penyesalan tentang pertemuan yang di awal memberi kebahagiaan berlipat seakan sekat untuk memisahkan dua insan tak ada. Sebab bahagia dan sedih selalu kita bagi bersama, memberikan motivasi jika kita bisa hidup bersama untuk selamanya.

Benar seperti romansa cinta dalam kisah remaja, bahagia tanpa perlu berpikiran macam-macam. Meski ada masalah datang, berdua saja kita cukup untuk atasi dan cari solusi. Semua sempurna! Benar-benar sempurna tanpa cela.

Sayangnya itu salah!

Rupanya kebahagian yang memberikan sebuah senyum hangat dan tawa riang ini, bukanlah scene akhir dari hubungan yang sedang kita bangun. Kesepakatan menyelesaikan masalah tanpa kata pisah boleh jadi harus diingkari. Meski, bukan keinginan sebenarnya untuk mengingkari.

Hanya saja, kita tidak bisa untuk beralih dalam kondisi harus segera selesai.

Menyakiti beberapa pihak untuk hubungan yang kita jalani, mengesampingkan sebab-akibat bagaimana sesuatu yang lain akan terjadi, seakan menjelaskan betapa egoisnya kita. Ingin berada dalam genggaman yang sama namun membuat saling menyakiti.  Ingin memberi senyum, namun tangis yang ada saat ini. Ingin tertawa, tapi jerit putus asa yang datang.


Jika saja kita tak akan bertemu, tak akan pula rasa datang.

Jika tak saling tatap, tak ada pandangan yang membuat jatuh hati. Jika tak mengungkapkan perasaan, tak akan pula patah hati.

Hingga jika tak beringinan untuk bersama tak akan kita berada pada posisi ini.

Penyesalan-penyesalan yang datang selalu saja muncul.

Mungkinkah ... pengandaian tentang "kita" ini akan menjadikan kata "kita" tak akan pernah ada? Jika saja itu tak terjadi akan kah kita tetap berhubungan? Atau akan tetap ada takdir lain yang akhirnya mempertemukan kita. Sebab semua memang harus kita jalani, dengan berawal bahagia lalu menjadi derai air mata.

Meski aku tahu, kita telah melewati segala kepahitan. Namun, untuk kali ini terlihat begitu jelas dan nyata jika kita berada pada posisi dan waktu yang salah sampai saling menyakiti. Bukan pada kita saja, juga orang-orang yang berada di dekat kita. Akan terlalu tamak dan egois menginginkan keduanya dimiliki.

Hubungan ini perlu diakhiri dengan segala penyesalan tentang pertemuan awal kita. Selamat tinggal, untuk kita yang akhirnya sama-sama patah harus pisah sebab keadaan. Terima kasih sudah ada untuk kita, namun harus ditiadakan. Baik, kita akan kembali asing seperti tak ada temu yang menghampiri. Sekali lagi, ku ucapkan “Selamat tinggal! Jalani hidupmu dengan baik!”.

0 Comments:

Posting Komentar

Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!