Awali aktivitas dengan senyuman
Berawal dari cerita saya sendiri yang memulai sebuah aktivitas dengan terburu-buru, hal ini terjadi karena saya kurang dapat membagi waktu dalam pengerjaan tugas tersebut. Ya, tugas itulah aktivitas saya hari ini. Waktu tenggat yang sudah mepet ditambah keramaian dari anak-anak yang saya ajar dalam bimbingan kelompok belajar yang saya buat. Semua berjalan lancar sebelumnya, lalu menjadi gaduh saat saya teringat diedline tugas kantor yang harus dikerjakan.
Buru-buru!
Pasti, dan tepat! Saat itu juga, saya
menyangka dari semua orang dan segera mengerjakan tugas. Tidak ada senyuman
hanya ada kerucut bibir untuk memaki saya sendiri. Sebal! Kesal! Terjadi saat
itu juga. Lari terburu-buru semua benda yang ada di sekitar tertabrak. Benar-benar
mood menjadi turun seketika. Pikiran berbicara cepat-cepat! Apa yang kudapat? Bukan
cepat malah melambat. Semula laptop yang kupakai biasa saja, normal. Internet
juga lancar, tidak ada hambatan. Lalu, kenapa saat dipakai hari itu juga malah
blank dan melambat. Loading kecepatan internet membuatku terus berteriak
dan mengumpat. Tak ada senyuman, hanya berengutan kasar yang kubuat. “Sial! Sial!”
kata yang sering terucap.
Semua kacau! Waktuku terhabiskan oleh hal yang
seharusnya tidak ada dalam proses pengerjaan tugas. Sesal? Pasti terjadi, dan
apa yang terjadi memang sudah terjadi bagaimana lagi.
Penyesalan terberat adalah kurangnya
memanajemen diri untuk bisa mengurus segala yang sudah kamu pilih. Karena pilihanmu
adalah tanggung jawabmu.
Eits! Kenapa melenceng dari judul?
Tidak benar jika melenceng, ini adalah awal
pembuka untuk menjelaskan aktivitas yang seharusnya dikerjakan dengan sukarela
bukan berat hati mengerjakannya.
Kenapa?
Seperti kisah saya sendiri yang ada di atas
tadi, tidak ada keseimbangan antara kerja kantor dengan pekerjaan yang kamu
buat sendiri. Seleh genje, memilih hanya yang disukai padahal keduanya
adalah suatu kewajiban. Bukan sunnah. Penting megawali kegiatan
ataupun aktivitas dengan senyuman adalah untuk membuat diri ikhlas mengerjakan.
Akhirnya pekerjaan akan disenangi.
Bayangkan kamu menyukai menggambar, lalu kamu mendapat
commision untuk menggambar sebuah objek. Apa reaksimu? Tersenyum. Sebab, kamu menyenangi aktivitas tersebut.
Berbeda lagi jika kamu suka menggambar itu ditugaskan untuk mengerjakan soal matematika.
Soalnya sebenarnya tdak terlalu berat tetapi karena kamu memberengut terlebih
dahulu. Hasilnya apa? Soal terlihat semakin sulit. Biasa cukup dikerjakan dua
puluh menit malah menjadi satu jam lebih.
Sebenarnya apa sih manfaat senyum?
- · Senyum mampu mengurangi tingkat stres.
Orang yang tersenyum bisa melepaskan hormon, yang biasa disebut hormon endorfin yang mampu mengurangi dan menyingkirkan hormon stres. Luar biasa bukan manfaatnya. Stres pemicunya adalah kebanyakan beban pikiran langsung bisa diobati dengan senyuman.
- ·
Memperbaiki mood.
Orang yang tersenyum juga bisa memperbaiki mood mereka, karena senyuman membuat kita lebih bahagia. Awas aja kalau senyum palsu malah membuat tertekan. Karena tidak bisa mengeskpresikan apa yang dirasa.
Senyumlah dengan ikhlas. Oh, ya tersenyum ini juga bisa membuat tubuh untuk meningkatkan suasana hati, seperti menjadi bahagia. Karean dengan tersenyum sebenarnya mengaktifkan pesan saraf yang berada di otak.Dalam artikel klik dokter yang berjudul “Alasan Mengapa Senyum itu Sehat” menyatakan bahwa senyum memicu pelepasan komunikasi saraf dan meningatkan neuripeptida serta neurotransmiter. Sehingga dari proses itu membuat peningkatan dalam suasana hati.
- ·
Senyum dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Dalam beraktivitas kita perlu tubuh yang vit agar aktivitas terganggu. Maka, dengan terseyum kita bisa mengurangi tingkat stres yang bisa membuat daya imune menurun.
Pernah dengar, kalau senyum juga merupakan
sedekah.
Jika di kalangan umat muslim terdapat hadis
yang menyuruh untuk tersenyum. Meskipun begitu, di kalangan lain pun sama
menyuruh tersenyum untuk kesehatan tubuh sendiri.
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ
صَدَقَةٌ
“Senyummu di
depan saudaramu, adalah sedekah bagimu” (Sahih, H.R. Tirmidzi no 1956).
0 Comments:
Posting Komentar
Salam cinta, mari berdiskusi di kolom komentar!